Soroti Gejala Baru Identitas Keislaman, Iksan Ingatkan Kaum Muda Pesantren

Pamekasan – Pakar studi Islam Tradisionalis dan Pesantren Dr Iksan Kamil Sahri menyoroti berbagai isu keislaman kontemporer. Menurut Iksan, ada sebuah gejala baru yang berulang bahwa apa yang tidak kearab-araban dianggap tidak Islam.

“Puritanisme Islam dalam model yang baru sekarang ini sedang menggejala pada era generasi milenial dalam sebuah era yang disebut sebagai era revolusi industri 4.0,” kata Iksan.

Itu ditegaskan Iksan saat menjadi pembicara di acara serasehan keislaman yang diadakan oleh DPW Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) Pamekasan, Ahad, 14 Oktober 2018.

Acara yang dirangkai dengan pelantikan pengurus DPW IMABA Pamekasan itu juga dihadiri oleh Bupati Pamekasan Badrut Tamam, Kepala Kemenag Pamekasan, sebagian anggota DPRD Pamekasan, dan sejumlah kiai dan pejabat lainnya.

Iksan menjelaskan, pada era ini perdebatan tentang isu keislaman juga berpindah dari yang semula di pentas pengajian secara offline baik itu bentuknya halaqah, dauroh, majelis taklim, khutbah Jumat, dan sejenisnya menjadi perdebatan keislaman pada ranah digital atau lebih tepatnya di internet.

“Gelanggang baru dalam dunia internet ini ada pada banyak platform, mulai dari website hingga media sosial, mulai dari bentuk tulisan hingga audio visual,” tandas alumnus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.

Sayang, menurut Iksan, perdebatan di jagad media sosial tersebut didominasi oleh mereka yang sebenarnya tidak mewakili mayoritas komunitas Islam di Indonesia.

“Mereka hanya sekelompok kecil saja, tapi mereka produktif memproduksi narasi keislaman dan parahnya kaum Islam mayoritas seperti kaum pesantren ini justru sering kali alfa,” ujarnya.

Sehingga menurut Iksan, perlu upaya bersama dari kalangan Islam mayoritas ini untuk memproduksi narasi-narasi Islam yang moderat, tidak mudah mengkafirkan, dan berada di tengah-tengah.

Walau Iksan mencatat bahwa akhir-akhir ini kaum pesantren mulai bangkit memproduksi wacana-wacana alternatif keislaman tapi keberadaan mereka masih jauh dari kata cukup.

Sementara itu, Bupati Pamekasan Badrut Tamam, berpesan agar kaum pesantren harus bangkit mewarnai wacana di media. “Kalian harus masuk mewarnai. Secara lebih khusus,saya mengajak kalian untuk ikut serta membangun Pamekasan,” pesannya. (*)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network