Ustadz Basalamah, Fenomena Fundamentalisme dan Perlawanan Masyarakat

Oleh: Muhammad AS Hikam

PENOLAKAN terhadap ceramah Ustadz Khalid Basalamah di Sidoarjo adalah konsekuensi logis dari, dan reaksi terhadap pemahaman keagamaan serta dakwah yang tidak menghargai tradisi keagamaan dan kebhinekaan.

Ia adalah salah satu contoh paling nyata dari fundamentalisme Islam yang berkembang di maysarakat Indonesia beberapa tahun belakangan ini.

Namun demikian, cara yang diambil oleh Gerakan Pemuda Ansor dan Banser di daerah tersebut, yang menghentikan kegiatan ceramah beliau, memang bisa menciptakan kontroversi karena bisa dianggap melanggar hak menyatakan pendapat dan/atau hak beragama seorang warganegara Indonesia yang dijamin oleh Konstitusi.

Di pihak lain, bisa jadi Ansor dan Banser juga akan menggunakan argumentasi yang sama: aksi itu merupakan ekspressi umat nahdliyyin untuk melindungi kepercayaan dan tradisi keagamaan mereka yang juga dilindungi oleh Konstitusi.

Kasus penolakan terhadap Ustadz Basalamah di Sidoarjo itu sejatinya juga ada kemiripannya dengan aksi-aksi penolakan terhadap ceramah-ceramah dari ormas Islam Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) yang bermarkas di Solo, yang seringkali dianggap menyinggung tradisi keagamaan kaum nahdliyyin.

MTA, seperti juga kelompok fundamentalis Islam beraliran Wahabi, mengharamkan tahlil, ziarah kubur, istighosah, dll. Di pelbagai daerah telah terjadi juga pelarangan-palarangan atau penolakan-penolakan terhadap ceramah dan kegiatan dakwah MTA.

Fenomema ini merupakan sebuah dinamika masyarakat Indonesia yang mengalami perubahan, termasuk di dalam pemahaman keagamaan dan hubungan internal umat Islam.

Munculnya faham fundamentalisme ala Ustadz Basalamah dan MTA merupakan hal yang terjadi di seluruh dunia Islam bahkan di kalangan umat Islam di negara-negara lain berpenduduk mayoritas Islam.

Di Indonesia fenomena tersebut menjadi kritis karena biasanya dicampuri dengan politik dan bukan murni masalah teologis saja. Ceramah Ustadz Basalamah, yang tersebar melalui media sosial dan video YouTube, sangat sarat dangan pesan-pesan yang bisa digunakan untuk kampanye politik.

Karena itu ada alasan bagi pihak-pihak yang menolak beliau untuk menudingnya sebagai salah satu sumber perpecahan umat Islam yang di Indonesia, yang seharusnya mau menerima dan menggunakan landasan Pancasila serta mengakui adanya kerukunan lintas dan intern agama.

Jika fenomena Fundamentalisme Islam ini tidak dikelola dengan tepat, maka potensi konflik di kalangan Islam akan bertambah dan tentu saja berarti persoalan dalam masyarakat Indonesia ke depan akan kian kompleks. Apalagi jika kemudian dimanipulasi oleh kaum radikal maka ia juga akan bisa menjadi pendukung gerakan radikal takfiri.

Pemerintah dan masyarakat sipil Indonesia harus peka dan memahami dinamika ini serta menemukan cara-cara yang efektif untuk mengelolanya. Jangan dampai fenomena ini menjadi sumber ancaman internal bagi NKRI. (*)

Terkait

Dirosah Lainnya

SantriNews Network