Pilgub Jatim

Di Lapangan Gus Ipul Ditinggal Pendukung, Di Medsos dan Debat Dibungkam Khofifah

Dua pasangan Calon Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa-Emil Eslistianto Dardak, dan Saifullah Yusuf-Puti Guntur, pada debat publik perdana, di Dyandra Convention Center Surabaya, Selasa malam, 10 April 2018 (santrinews.com/ist)

Dua pasangan calon, Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti baru berkampanye hanya untuk kelompoknya. Fakta di lapangan, Gus Ipul-Puti mulai ditinggal para kiai pendukungnya. Blunder politik PDIP hingga puisi kontroversial Sukmawati turut jadi faktor. Strategi politik Khofifah masih tak banyak berubah seperti tahun 2008 dan 2013 lalu. Sehingga, Gus Ipul-Puti masih berpeluang besar keluar sebagai jawara.
—-

PETA dukungan terhadap pasangan calon pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2018 mendatang mulai tampak berubah. Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak makin menguat dibandingkan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno.

Terlebih lagi, setelah Sukmawati Soekarnoputri membacakan puisi “Ibu Indonesia” yang membuat sebagian besar umat Islam Indonesia menjadi antipati pada PDIP sebagai partai politik pengusung Gus Ipul-Puti.

Baca: NU Jatim Perintahkan Ansor Kawal Kasus Sukmawati ke Polisi

Belum sembuh rasa sakit umat Islam – khususnya di jajaran Kementerian Agama RI setelah dibilang “˜bangsat’ oleh anggota DPR RI dari PDIP Arteria Dahlan – sudah muncul hinaan Sukma, melalui “Ibu Indonesia” yang membandingkan kidung vs adzan.

Gaya PDIP yang selalu menyerang umat Islam ini, mendapat perlawanan keras. Dampaknya, sejumlah kiai yang awalnya mendukung Gus Ipul-Puti ini terang-terangan menarik dukungan atas pasangan calon yang diusung PDIP, PKB, Gerindra, dan PKS ini.

Baca Juga: Presidium Santri Daulat Gus Ipul Jadi Bapak Kesejahteraan Rakyat

Dimulai dari Banyuwangi, sejumlah kiai lebih sreg mendukung Khofifah-Emil. Kabar yang sama datang dari Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) Pasuruan, memilih putar haluan, mendukung Khofifah-Emil.

Demi Kemaslahatan Umat
Ditanya soal kabar itu, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, KH Hisyam Syafaat, mengaku bersyukur. Menurutnya, apa yang diputuskan para kiai yang “balik kanan” mendukung Khofifah-Emil telah melalui proses yang serius dan penuh kebijakan.

Baca Juga: Tinggalkan Gus Ipul, Para Kiai Banyuwangi Berbalik Dukung Khofifah-Emil

“Saya bersyukur sekali. Sebab, dengan begitu umat di bawah semakin paham, siapa kandidat yang layak dimenangkan dalam Pilgub ini. Kiai selalu mengedepankan maslahat untuk umat, semoga dukungan kemenangan untuk Bu Khofifah dan Mas Emil ini, benar-benar membawa perubahan, Jawa Timur lebih baik,” ujar Kiai Hisyam Syafaat, seperti dikutip Duta, Jumat 6 April 2018.

Dukungan para kiai kepada Khofifah-Emil kian masif. Para kiai dan tokoh se-Kabupaten Banyuwangi menyatakan dukungannya pada pasangan calon nomor urut satu itu. Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum KH Yusuf Nur Iskandar mengatakan, peralihan dukungan para kiai itu sudah melalui pertimbangan yang matang.

Baca Juga: PPP: Mayoritas Kiai Pesantren Dukung Khofifah

Sebab, setelah melakukan kajian yang matang, hanya sosok Khoffiah yang dianggap lebih peduli kepada umat. “Dulu saya ke Gus Ipul tapi sekarang enggak. Sekarang Khofifah, wis wayahe,” ungkap Kiai Yusuf.

“Bu Khofifah ini lebih cerdas, lebih mengakar, dan punya kepedulian terhadap umat,” ujar Kiai Yusuf Nur dengan yakin saat menggelar silaturahmi dengan Khofifah di Banyuwangi, Rabu petang, 4 April 2018, pekan lalu.

Baca Juga: Taat Kiai Sepuh, PKB Usung Gus Ipul dalam Pilgub Jatim

Selain itu, lanjutnya, para Kiai Banyuwangi meyakini program Nawa Bhakti Satya serta visi-misi pasangan Khofifah-Emil sangat bagus dan masuk akal. Ia optimistis, jika Khofifah-Emil kelak terpilih, semua program itu bakal terlaksana dengan baik.

“Bukan hanya sekedar janji belaka. Beliau orang yang komitmen, bukan tipe pengkhianat. Beliau ini visinya lurus. Di tengah hiruk pikuk saling menjegal, Bu Khofifah ini baik, punya komitmen,” ungkapnya.

Kiai Yusuf yakin, kalau pasangan Khofifah-Emil bakal menang mutlak untuk wilayah Banyuwangi. Apalagi, lanjutnya, dukungan para kiai pada pasangan calon ini berseiring dengan suara masyarakat Banyuwangi yang mayoritas mendukung pasangan nomor urut satu.

Insya Allah di daerah ini menang karena dua periode ini, ibu selalu menang. Insya Allah orang sudah cerdas. Melihat pidatonya, orang sudah bisa menilai. Ibu Khofifah di tempat yang tepat. Ibu Khofifah ya sangat tepat di Jawa Timur,” tuturnya.

Baca: Taat Kiai, Banser Banyuwangi Deklarasi Dukung Khofifah-Emil

Dukungan serupa juga datang dari Pengasuh Pondok Pesantren Ummul Quro, Glenmore, Banyuwangi, KH Khotib Habibullah. Kiai Khotib melihat dorongan masyarakat Banyuwangi yang semakin besar ke Khofifah. Selain itu, pengalaman Khofifah juga menjadi pertimbangan Kiai Khotib untuk memilih mendukung Ketua Umum Muslimat NU tersebut.

“Saya dan keluarga serta alumni mendukung Bu Khofifah. Tampaknya masyarakat kecil yang tampak sekarang lebih dekat ke Khofifah. Pengalaman di Menteri Sosial, itu kan bisa melihat membenahi masyarakatnya,” sambungnya.

Terkait puisi kontroversial yang dibaca Sukma, membuat KH Fahrurrozi pindah haluan. Kiai Fahrurrozi yang selama ini mendukung Gus Ipul-Puti, melalui Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) pindah ke Khofifah.

Gus Fahrul, panggilan akrabnya, membenarkan jika pihaknya balik kanan mendukung Khofifah, pasca gaduh puisi tersebut. “Saya akan balik kanan, itu karena statement puisi Sukma yang bikin umat Islam tersinggung,” tegasnya.

Di saat elektabilitas Khofifah-Emil mulai naik, pasangan calon yang diusung Partai Golkar bersama Demokrat, NasDem, PPP, PAN, dan Hanura, ini mendapatkan serangan kampanye hitam. Ini berdasarkan temua Relawan Barisan Kawan (BKM) Khofifah-Emil.

Lihat: Kembali ke Pangkuan Muslimat NU, Anggota FKB Kompak Mundur dari Tim Gus Ipul-Puti

Menurut Ketua BKM Harun Al Rasyid, pihaknya menemukan dugaan serangan kampanye hitam Khofifah di media sosial, yakni sebuah postingan akun Dwi Handoko di media sosial. Postingan itu tertulis: “Orang seperti Khofifah harus “Dibunuh”, jangan izinkan jadi gubernur karena melanggar”.

Terdapat tiga akun dengan postingan yang sama, yakni akun Dwi Handoko di Instagram dan Facebook pada 13 Februari 2018, menulis: Orang seperti Khofifah harus “Dibunuh”, jangan izinkan jadi gubernur karena melanggar”. Ini juga dilakukan akun SatrioPiningitCerita dan Srisultangerucakra.

Harun Al Rasyid menjelaskan, temuan tersebut didapat setelah tim cyber -nya melakukan patroli dan penyisiran media sosial terkait postingan yang menyangkut nama calon gubernur-wakil gubernur Jatim, Khofifah-Emil. “Hasilnya, ditemukan postingan tersebut,” ungkapnya.

Politisi dari Partai Golkar ini mengatakan, temuan itu akan disampaikan kepada tim hukum pasangan calon ini agar segera ditindaklanjuti di Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) karena tindakan itu sangat tidak elok dan keji, sehingga harus diproses hukum.

Khofifah Unggul di Medsos dan Debat
Dalam rilis yang diterima semua media pada Kamis, 12 April 2018, lembaga survei Indonesia Indicator (I2) mengumumkan hasil survei atas head to head Gus Ipul-Puti dan Khofifah-Emil.

Baca Juga: Pilgub Jatim, Pertarungan Sengit Khofifah dan Gus Ipul

Survei dilakukan setelah penampilan Debat Kandidat I yang diselenggarakan KPU Jatim pada Selasa, 10 April 2018, dalam Pilgub Jatim 2018. Persaingan kedua pasangan calon sangat ketat.

Keduanya sama-sama kuat, berlatarbelakang NU, dan masing-masing memiliki bintang untuk generasi milenial yang membuat situasi pilkada menjadi dinamis. “Ditambah lagi dengan perang survei dengan hasil yang bervariasi,” kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang.

Baca juga: Hasil Survei: Khofifah Unggul di Medsos, Gus Ipul di Media Online

Menurut Rustika, ketatnya persaingan ini juga dilihat dari isu-isu terbesar yang menjadi perhatian media. Begitupun dukungan kiai atau tokoh agama menjadi salah satu isu terbesar di Jatim, selain perang klaim survei.

Seperti diketahui, dari 5 survei yang dilakukan dalam waktu bersamaan terdapat perbedaan pemenang. Pollmark Indonesia, Indo Barometer, Charta Politika mengunggulkan Gus Ipul, sedangkan Litbang Kompas dan Poltracking Indonesia memenangkan Khofifah.

Baca Juga: Debat Perdana Pilgub Jatim, Pengamat: Khofifah-Emil Jauh Lebih Unggul

Sementara di bidang pemberitaan, duet Gus Ipul-Puti unggul dalam pemberitaan di media online, sebesar 3.207 berita atau mencapai 52 persen. Sedangkan, pemberitaan tentang Khofifah-Emil berkibar di media daring (medsos), mencapai 2.916 atau 48 persen.

Dalam pemetaan pemberitaan di berbagai daerah terlihat kontestasi cukup ketat. Di media online, Gus Ipul masih memimpin sebagai top influencer. Dari sisi sentimen, Gus Ipul-Puti Guntur mendapat 10 persen sentimen negatif, sementara Khofifah-Emil sebesar 13 persen.

Selain itu, Indonesia Indicator (I2) juga mencatat tingginya dukungan dan antusiasme netizen pada Pilgub Jatim 2018. Kompetisi antara kedua pasangan di Twitter cukup menarik perhatian netizen, meski kali ini jumlah percakapannya tidak lagi head to head.

Dari sisi percakapan, Khofifah-Emil mendominasi sebesar 76 persen percakapan dibanding Gus Ipul-Puti yang cuma 24 persen dalam sebulan terakhir.

Namun, dibandingkan dengan jumlah akun yang merespons masing-masing pasangan calon, maka Gus Ipul-Puti lebih banyak akun yang mempercakapkannya, yakni sebanyak 2.149 akun. Sementara, Khofifah-Emil 1.767 akun twitter.

Ini artinya, masing-masing akun memiliki rata-rata jumlah cuitan tentang Khofifah lebih banyak. Contoh pada April, rata-rata netizen me-mention Khofifah-Emil sebesar 8 tweet, sementara pada Gus Ipul-Puti hanya 2 tweet.

Baca pula: Kiai Sepu Dukung Soekarwo-Gus Ipul

Indonesia Indicator (I2) pun mencatat, ada 50.905 percakapan di twitter yang ditujukan pada Khofifah sepanjang sebulan terakhir. Sebanyak 63 persen akun manusia (1.767) dan 36,4 persen akun mesin (1.012). Sentimen negatif sebanyak 5,5 persen, positif 49,6 persen dan netral 44,9 persen.

Sementara itu, terdapat 15.907 percakapan di Twitter yang ditujukan pada Gus Ipul-Puti sebulan terakhir. Sebanyak 72,9 persen akun manusia (2.149) dan 27,1 persen akun mesin (797). Sentimen negatif 3,8 persen, positif 66,2 persen, dan netral 30 persen.

Sisi lain yang menarik, Gus Ipul-Puti lebih banyak dibicarakan kaum adam sebesar 53,4 persen, sementara Khofifah-Emil lebih banyak dibicarakan kaum hawa sebanyak 53,4 persen.

Generasi milenial yang menjadi sasaran kedua pasangan calon tampaknya masih belum berhasil diraih di Twitter.

Kedua kandidat lebih banyak dipercakapkan netizen berusia di atas 35 tahun. Khofifah-Emil direspons sebanyak 65,8 persen usia di atas 35, sementara Gus Ipul – Puti Guntur sebanyak 60,3 persen.

Karakter Jatim ini mengedepankan kampanye yang lebih positif dan santun serta fokus pada kelompoknya sendiri, terlihat kuat dalam taburan cuitan di jejaring percakapan Facebook dan Twitter. Sebuah kondisi yang bertolakbelakang dengan atmosfer di daerah lain.

Di Facebook, tidak terdapat ujaran kebencian yang masif. Masing-masing pasangan calon punya kedekatan dengan ulama atau agama. Postingan dan komentar Khofifah-Emil mencapai 4.017 relasi percakapan atau lebih banyak dibanding Gus Ipul-Puti yang hanya 2.113 relasi percakapan.

Kendati sempat ada isu mengenai teror pembunuhan yang ditujukan pada Khofifah, namun isu itu tenggelam dibanding kegairahan para netizen dalam harapan dan percakapan yang positif terhadap Pilgub Jatim.

Lihat juga: Pilgub Jatim, Panggung Pertarungan Gagasan Kader NU

Data Indonesia Indicator (I2) menegaskan, adanya dua kelompok besar yang masing-masing fokus pada salah satu pendukung. Ada kelompok tengah yang rata-rata dijembatani oleh akun media. Pembahasan mengarah kepada dukungan untuk masing-masing pasangan calon tanpa menunjukkan ketidaksukaan pada pasangan calon lawan.

Kendati demikian, tidak ada penyerangan antarpendukung pasangan calon melalui medsos. Sebuah kondisi yang menarik, karena mampu menurunkan ketegangan antarpasangan calon yang mungkin terjadi.

Namun, kedua pasangan calon seolah hanya berkampanye untuk kelompoknya. PR-nya adalah bagaimana mereka harus mampu memengaruhi kelompok silent majority atau yang belum menentukan pilihan. (toha/red)

Terkait

Fokus Lainnya

SantriNews Network