Tuding KPU Curang Pakai Surat An-Nisa, Gus Miftah: Ini Bentuk Memperkosa Ayat Al-Quran

Lamongan – Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Kalasan, Kabupaten Sleman Yogykarta KH Miftah Maulana Habiburrahman yang dikenal Gus Miftah meminta agar semua kalangan dan masyarakat Indonesia tidak ‘asal’ dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Terlebih untuk kepentingan politik.

Gus Miftah menyebut contoh, salah satu penafsiaran yang ‘asal’ adalah yang digunakan sebagian pihak saat pengumuman hasil rekapitulasi Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu.

“Ketika KPU mengumumkan hasil rekapitulasi jam 1 malam, kemudian KPU dituduh curang dengan menggunakan An-Nisa ayat 81, ini bagi saya memperkosa ayat,” kata Gus Miftah.

Ia mengaku tidak berkepentingan dengan KPU maupun para pendemo yang menolak hasil resmi rakapitulasi Pilpres. “Saya pesan pihak-pihak yang mencoba ‘memperkosa’ ayat suci Al-Quran untuk kepentingan politiknya,” tegasnya.

Hal itu disampaikan Gus Miftah saat mengisi ceramah peringatan malam Nuzulul Qur’an dan Khotmil Kutub, di halaman Pondok Pesantren Maulana Ishaq Kemantren, Lamongan, Selasa, 28 Mei 2019.

Menurut dia, dalam penggunaan sebuah ayat Al-Quran harus paham dan mengerti metode penafsiran beserta disiplin keilmuan terkait.

“Kalau kemudian kita ingin menggunakan ayat harus tahu tafsirnya seperti apa, dan ini jangan menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, ini bahaya,” paparnya.

“Karena barang siapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan kemampuan akalnya, maka bersiap-siaplah mengambil tempat duduknya dari api neraka,” pesannya.

Dalam kesempatan itu, Gus Miftah yang pernah viral karena berdakwah dengan cara ‘nyentrik’ ini mengajak seluruh jamaah yang hadir untuk berdoa bersama demi kedamaian dan kerukunan bangsa Indonesia.

“Apapun ujian yang diberikan bangsa ini, Allah SWT adalah maha pemberi solusi,” kata Gus Miftah dalam doanya yang diamini seluruh jamaah yang hadir.

Kiprah Pesantren
Pondok Pesantren Maulana Ishaq Kemantren terus berupaya menuju pesantren yang berkembang. Selain pembangunan fasilitas, pesantren juga mengembangkan lembaga pendidikan formal dan non formal serta Laboratorium Peternakan Santri.

Mengundang sejumlah tokoh juga menjadi bagian upaya pengembangan pesantren. Sosok Gus Miftah yang berbeda dengan kiai pada umumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah yang hadir. Halaman pesantren dibanjiri oleh ribuan jamaah. Mereka tumpah ruah. (fatih/hay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network