Islam Fundamentalis, Musuh Utama Generasi Muslim

Dr Asep Salahudin (santrinews.com/dok)

Jakarta – Cendekiawan Muslim, Dr Asep Salahudin mengatakan, generasi muslim di perguruan tinggi setidaknya memiliki tiga musuh utama. Yakni Islam-fundamentalisme, Islam-eskapis/anti sosial, dan Islam-politik. Tiga musuh itu, menurut dia, bisa membawa malapetaka bagi peradaban kemanusiaan.

“Kita harus mulai jernih melihat Islam yang beradab dan Islam yang jahiliyah. Jangan dikira setiap gerakan dakwah, tarbiah, harakah, khilafah, daulah Islamiyah selalu baik, bersih dan mencerahkan,” katanya saat diskusi Program Prioritas Gerakan civic-Islam di Kantor LP3ES Pejaten Jakarta Selatan, Rabu 25 Pebruari 2015.

Bahkan, kata dia, dalam partai-partai Islam juga banyak kebohongan. “Elitnya sibuk mengejar harta kekuasaan, sementara mahasiswa-mahasiwanya dibodohi agar menjadi kader militan,” jelasnya.

Menurut Asep, kampus-kampus terutama kampus Islam, harus bangkit dengan agenda-agenda pencerahan dan pembebasan. Tema-tema kebangsaan, globalisasi, ke-Islaman progresif, Islam transformatif dan keterbukaan dalam membaca harus kembali digairahkan.

“Kampus harus menjadi produsen ilmu pengetahuan, sarana “˜publik-good’ dan jangan sampai terjebak pada logika korporat yang memandang pengetahuan sebagai komoditi, dan mahasiswa diperlakukan sebagai konsumen,” terangnya.

Peneliti di Lakspesdam NU Jawa Barat ini juga mengatakan, kehadiran civic-Islam salah satu tujuannya adalah untuk mengajak generasi muslim perkotaan agar bangkit ke jalan pencerahan, bukan ke jalan ketertutupan.

Salahsatu kebangkitan itu adalah dengan memiliki pemahaman yang cerdas terkait dengan konsepsi kewargaan yang selama ini kosong dari batin umat Islam. “Jangan hanya ngerti soal keluarga sakinah dan daulah Islamiah, sementara pada level ummah sangat lemah dan hanya mengikuti keorganisasian tanpa memiliki imajinasi yang bagus untuk kehidupan kemasyarakatan,” tandasnya.

“Civic-Islam dengan konsepsi kewargaan yang modern dan humanis bermaksud mengairahkan semangat humanis melalui kajian Islam yang ilmiah, progresif dan transformatif,” kata Dsen di sejumlah perguruan tinggi di Jawa Barat itu. (husain/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network