Pilpres 2019

Warga NU Golput, Wahabi Berkuasa

Ribuan pengurus NU se-Madura menghadiri konsolidasi di Pondok Pesantren Miftahul Anwar, Klompek, Kadur, Pamekasan, Sabtu, 6 April 2019 (santrinews.com/hady)

Pamekasan – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyatakan netral dalam Pemilu 17 April 2019. Sesuai Khittah, NU tidak boleh mendukung salah satu pasangan calon presiden atau partai politik tertentu.

Kendati demikian, NU berkewajiban memberikan rambu-rambu kepada warganya dalam menentukan pilihan politiknya.

Baca juga: PWNU Jatim: Jangan Pilih Pemimpin yang Didukung Wahabi

“Jika mau pilih jangan yang ada Wahabinya, jangan coblos partai yang ada Wahabinya, sebab Wahabi mentoghutkan Pancasila,” kata Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar saat ditemui usai menghadiri kegiatan konsolidasi PCNU se Madura, di Pondok Pesantren Miftahul Anwar, Klompek, Kadur, Pamekasan, Sabtu, 6 April 2019.

Kiai Marzuki meminta warga NU agar tetap satu komando dalam barisan ulama dalam menghadapi momentum politik lima tahunan ini. Secara khusus, Ia mengingatkan untuk mewaspadai gerakan Wahabi mengingat Wahabi suka mengkafirkan, membid’ahkan tahlil dan memusuhi ulama-ulama NU.

Baca juga: Resahkan Masyarakat, MUI Papua Usir Ustadz Wahabi

Karena itu, Kiai Marzuki meminta warga NU untuk tidak golput pada Pemilu 17 April 2019. “Pagi setelah sarapan (pada 17 April), warga NU wajib datang ke TPS, kecuali yang udzur. Kurang satu suara sama dengan memberi peluang Wahabi menang,” tegasnya.

Sandiaga Lecehkan Bendera NU
Terkait tindakan calon wakil pres nomor urut 02 Sandiaga Uno yang menggunakan bendera NU dalam berkampenya, Kiai Marzuki menegaskan tidak rela. Sebab, bendera NU sebagai simbol ahlussunnah wal jamaah, tidak boleh digunakan oleh kelompok yang menentang NU dan punya niat menghancurkan NU dan Indonesia.

“Saya tidak rela dunia akhirat. Apalagi di dalamnya ada PAN, PKS yang terang-terangan menolak tahlilan, ziarah kubur, diba’an, manakiban, tawasulan dan tradisi NU lainnya,” tegasnya.

Sandiaga mengibarkan bendera NU di hadapan ribuan pendukungnya saat berkampanye di Stadion Semeru, Kabupaten Lumajang, Kamis, 4 April 2019. PCNU Lumajang juga telah memprotes. Tindakan pengibaran Bendera NU dalam kegiatan kampanye politik semacam itu dinilai sebagai bentuk pelecehan kepada Jam’iya NU.

“Kami menyampaikan bahwa Bendera NU merupakan kehormatan Jam’iyah Nahdlatul Ulama yang merupakan hasil istikhoroh pada Muassis (pendiri) Jamiyah Nahdlatul Ulama yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan harokah perjuangan NU dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara,” kata Rais Syuriah PCNU Lumajang, KH Husni Zuhri dalam keterangan tertulisnya.

Sandi sendiri mengaku diminta-minta memegang Bendera NU tersebut. Selain itu, dia juga mengaku sebagai anggota NU.

“Kami banyak sekali bertemu dengan elemen masyarakat di rapat umum. Diminta-minta untuk memegang bendera NU. Dan saya sendiri adalah anggota NU, saya memegang kartanu (kartu tanda anggota NU),” kata Sandi saat menghadiri kampanye di Gedung Tri Bhakti Kota Magelang, Sabtu, 6 April 2019.

Baca juga: Sapa Ribuan Santri Al Amien, Sandiaga Uno: Kalian Calon Pemimpin Bangsa

Namun demikian Sandi menegaskan bahwa keberadaan NU adalah milik semua kalangan dan berada di atas semua golongan.

“Masak seorang anggota NU tidak boleh membawa bendera NU. Jadi, mudah-mudahan ini menjadi salah satu perekat bangsa kita karena NU ini adalah organisasi massa Islam yang terbesar. Saya berpikir NU menaungi semua pihak,” katanya. (ari/hay)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network