LTN NU Jabar Bedah Buku Tarawih 20 Rakaat Perspektif Ahli Hadis, Fuqoha dan Sufi

Bandung – Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PW LTN NU) Jawa Barat menyambut Ramadhan 1444 H mengadakan acara bedah Buku Tarawih 20 Rakaat secara Zooming, pada Jumat, 17 Maret 2024.

Panitia Bedah Buku, Dr Mahi M Hikmat pada kesempatan tersebut mendatangkan dua pakar Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Yaitu Prof Dr KH Rosihan Anwar, M.Ag dan Prof Dr KH Ajid Thohir, MA untuk membedah Buku Tarawih karya Harry Yuniardi, M.Ag.

Kiai Zaenudin, Ketua PW LTN NU Jawa Barat dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan bedah buku ini adalah membangun gerakan literasi.
“Gerakan literasi sudah sejak lama dilakukan secara digital, khususnya oleh seluruh Pengurus LTN NU Jawa Barat. Diantara karyanya telah tersebar di Website, Halaman Facebook, YouTube dan Tiktok,” ucap Kiai Zae.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh KH Juhadi Muhammad, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Barat. Kiai Juhadi memberikan apresiasi luar biasa atas terselenggaranya kegiatan bedah buku ini.

LTN NU harus bekerjasama dengan Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Barat untuk membukukan hasil Bahtsul Masail, yang aktual memberikan manfaat tidak hanya bagi warga NU,” kata Kiai Alumni Pesantren Lirboyo ini.

Dia melanjutkan bahwa Khazanah tokoh NU Jawa Barat juga perlu diteliti dan dibukukan. “Pengurus LTN NU Jawa Barat harus aktif berkarya, meneliti dan menulis serta menyebarkan Khazanah pemikiran Tokoh NU. Hal itu akan memberikan manfaat tak hanya bagi Jawa barat tapi untuk Indonesia dan dunia,” tegas kiai yang juga dikenal sebagai pengusaha ini.

Kegiatan Bedah Buku dimoderatori oleh Dr H Ilyas Rifa’i, MA. Dia mempersilahkan penulis Buku Tarawih untuk menjadi pembicara pertama.

Harry Yuniardi, M.Ag selaku Penulis buku menjelaskan bahwa masalah tarawih amaliyah sederhana tapi kompleks. “Ya Tarawih merupakan persoalan sederhana yang seharusnya tidak perlu dibahas. Tapi, banyak masyarakat membutuhkan kejelasan tentang dalil tarawih 20 rakaat,” kata pria yang tengah menempuh pendidikan doktoral ini.

Pembicara kedua, Prof Dr KH Rosihon Anwar, M.Ag menyampaikan bedah buku merupakan tradisi yang harus diselenggarakan dalam menjawab berbagai persoalan.

“Pertama tradisi NU itu tradisi berpikir dan berpendapat jadi banyak hal yang harus disampaikan. Kedua saya memberikan apresiasi yang telah menyelenggarakan tradisi bagus ini dan harus dilanjutkan,” tegas kiai asal Cirebon ini.

Ketiga Profesor Rosihon memberikan apresiasi terhadap Kang Harry selaku penulis. “Kang Harry bukan memunculkan ikhtilafiyah tapi penekanan kang Hary dalam konteks mengajarkan. Bahwa dalam menghadapi perbedaan pendapat harus arif dan bijak tak asal menyalahkan dan membid’ahkan,” kata Kiai Rosihon yang juga dikenal sebagai ahli Qur’an dan Hadis.

Pembicara ketiga diampu oleh Prof Dr KH Ajid Thohir, MA. Dia membedah buku dari sisi historis dan kacamata sufistik. “Ibadah tarawih 20 rakaat adalah garis tengah atau wasathiyahnya. Abu Dzar Al Ghifari meriwayatkan bahwa Rasul Saw di malam-malam Ramadhan sejak malam melakukan ibadah hingga waktu sahur. Artinya ibadah Rasul mungkin lebih dari 20 rakaat,” kata Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati ini.

Dia melanjutkan bahwa nampak ada perbedaan terkait jumlah rakaat tarawih yang sarat khazanah keilmuan. “Perbedaan selalu ada, tapi intinya substansi ibadah dalam rangka mendorong kita untuk dekat kepada Allah SWT. Syeikh Junaid al-Baghdadi berpendapat bahwa substansi ibadahnya bagaimana sebanyak mungkin kita sujud di hadapan Allah, berarti tambah rakaatnya tak cukup tarawih 20 rakaat tapi ada tambahan. JIka bisa ratusan sujud maka semakin baik,” tegas Kjai ahli tasawuf yang juga aktif sebagai Tokoh Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Suryalaya ini.

Bedah buku penuh berkah dipenuhi beragam pendapat luar biasa ini disiarkan secara zooming dihadiri oleh berbagai kalangan secara online, disebarkan juga melalui kanal YouTube LTNNU Jabar Channel. Kiai Izet Abu Dzar dari Banjaran menutup kegiatan dengan doa penuh khidmat. (red)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network