Imam al-Ghazali, Kiai As’ad, dan Ma’had Aly

KH As`ad Syamsul Arifin (santrinews.com/istimewa)

Pagi itu udara cukup dingin. Matahari baru saja menampakkan wajahnya. Saya bersama ayah sowan ke Kiai As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo). Sampai di rumah (ndalem) beliau, Kiai As’ad sedang menerima banyak tamu ulama dari berbagai daerah di Jawa bahkan dari Sumatera dan Kalimantan.

Tapi, ada suasana kurang biasa. Kiai As’ad berbicara sambil berlinangan air mata. Rupanya air mata bahagia. Beliau mengisahkan kebahagiaannya karena hari itu bisa melaksanakan salah satu nasehat gurunya, Syaikhuna Cholil Bangkalan dan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Nasehat gurunya itu adalah agar kelak Kiai As’ad membuat lembaga pengkaderan ulama. Kiai As’ad menamainya Ma’had Aly.

Setelah satu jam mendengarkan nasehat dan kisah sufistik dari beliau, jam 8 pagi kami bergerak ke arah selatan menuju kampus Ma’had Aly yang sebentar kemudian akan diresmikan.

Saat itu di halaman kampus Ma’had Aly sudah berkumpul puluhan kiai lintas generasi. Ada KH Maimun Zubair, KH Hasan Abdul Wafi, KH Wahid Zaini, KH Yusuf Muhammad, dan lain-lain.

Kiai As’ad sudah cukup sepuh. Usianya 93 tahun. Karena itu, dalam memberi kata sambutan sebagai tuan rumah dan pengasuh pesantren, Kiai As’ad mendelegasikan pada salah seorang santrinya yang juga lulusan Universitas Madinah, Drs KH M Hasan Basri, Lc. Kiai Hasan Basri pun naik ke podium mewakili Kiai As’ad.

Setelah lima menit memberi sambutan, Kiai Hasan Basri mengutip pernyataan Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din yang menjelaskan perihal ketiberdayaan sejumlah orang untuk menangkap ayat-ayat Allah yang tak bersuara dan tak beraksara. Ayat-ayat Allah yang tak bisa dijangkau dengan mata kepala, sebab ia hanya bisa diraih dengan mata kesadaran.

Imam Al-Ghazali berkata:

الذين يعجزون عن قراءة الأسطر الإلهية المكتوبة على صفحات الموجودات بخط إلهى لا حرف فيه ولا صوت الذى لا يدرك بعين البصر بل بعين البصيرة.

Mendengar teks Al-Ghazali itu, tiba-tiba Kiai As’ad menjerit kencang sekali. Beliau menangis. Mungkin Kiai As’ad membayangkan dan berharap santri-santri Ma’had Aly nanti bukan hanya cakap membaca huruf dan aksara melainkan juga terampil membaca ayat-ayat Allah yang tak beraksara dan tak bersuara.

Saya merindukan panjenengan, kiai. (*)

Kamis, 8 Pebruari 2018

Abdul Moqsith Ghazali, Alumni Ma’had Aly Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Kini wakil ketua LBM PBNU dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terkait

Hikmah Lainnya

SantriNews Network