Idul Fitri Antara Tuntunan dan Tradisi Muslim di Indonesia
Sungkem ibu di Hari Raya Idul Fitri
Ada sebagian ahli tafsir yang mendasarkan pada ayat berikut secara runtut kewajiban zakat fitrah, mengumandangkan takbir dan besoknya salat idul fitri:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى () وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى [الأعلى/14، 15]
“Sungguh beruntung orang yang membersihkan, menyebut nama Tuhannya lalu salat” (Al-A’la 14-15)
Mandi Keramas
Sebelum berangkat dianjurkan mandi keramas, waktu dimulai sejak tengah malam. Dilakukan saat Subuh juga boleh:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ —صلى الله عليه وسلم— يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi mandi keramas saat idul fitri dan idul adha (HR Ibnu Majah)
7 dan 5 Takbir Saat Salat Id
عَنْ كَثِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِىَّ —صلى الله عليه وسلم— كَبَّرَ فِى الْعِيدَيْنِ فِى الأُولَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَفِى الآخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ.
Nabi takbir hari raya, rakaat pertama sebanyak 7x dan rakaat kedua sebanyak 5 kali (HR Tirmidzi).
Kalau imam lupa takbir pada rakaat kedua tidak perlu dibatalkan atau diganti sujud sahwi. Teruskan salatnya sebab takbir 5x adalah sunah haiat biasa.
Tradisi Sungkem Tangan Orang Tua
Mencium tangan orang tua memiliki dalil, yakni yang dilakukan oleh Sayidah Fathimah terhadap Nabi shalallahu alaihi wasallam:
وَكَانَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِى مَجْلِسِهَا. (رواه أبو داود) أَيْ عُضْوًا مِنْ أَعْضَائِهِ الشَّرِيفَةِ وَالظَّاهِر أَنَّهُ الْيَدُ الْمُنِيفَةُ
“Jika Rasulullah datang ke tempat Fatimah, maka ia berdiri, memegang tangan Nabi dan menciumnya dan didudukkan di tempatnya” (HR Abu Dawud) Mencium: “Tangannya” (Aun al-Ma’bud, 11/253).
Untuk yang bukan mahram tentu tidak boleh bersentuhan saat Salaman. Aisyah berkata:
والله مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِى الْمُبَايَعَةِ
“Demi Allah, tangan Nabi tidak pernah menyentuh tangan perempuan sama sekali saat baiat” (HR Bukhari)
Ucapan Selamat Hari Raya Dan Doa
Hal ini berdasarkan riwayat berikut:
وَرَوَيْنَا فِي “ الْمَحامِلِيَّاتِ “ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ “ كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك “
Para Sahabat Nabi saat jumpa di Hari Raya, mereka katakan “Semoga Allah menerima ibadah kami dan anda” (Fathul Bari, 3/372)
Boleh dengan Bahasa Arab atau Bahasa yang sudah populer di kalangan masyarakat kita.
Silaturahmi dan Ziarah Kubur
Amaliah ini adalah amalan yang memiliki riwayat secara penafsiran ulama, yakni:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
Kata Jabir bahwa Nabi berangkat dan kembali di hari raya dengan jalan yang berbeda (HR Bukhari)
Para ulama menggali apa rahasia dibalik kesunahan Nabi yang berangkat ke tempat Salat Id dan pulangnya melalui jalan yang tidak sama? Berikut analisa Al-Hafidz Ibnu Hajar:
وَقِيلَ لِيَزُورَ أَقَارِبه الْأَحْيَاء وَالْأَمْوَات ، وَقِيلَ لِيَصِل رَحِمه
Hikmahnya, agar Nabi dapat berkunjung dan silaturrahmi ke keluarganya. BAIK YANG HIDUP ATAU WAFAT (Fathul Bari, 3/416). (*)