Habib Luthfi Terpilih Jadi Ketua Forum Ulama Sufi Dunia

Habib Luthfi bin Yahya (tengah) saat sambutan usai terpilih sebagai pemimpin Forum Ulama Sufi Dunia (santrinews.com/nuo)

Pekalongan – Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya terpilih secara aklamasi sebagai pemimpin Forum Sufi Dunia. Indonesia bisa berperan menyelesaikan persoalan konflik melalui jalur diplomasi kedua.

Seluruh peserta, baik dari mancanegara maupun dalam negeri mengacungkan tangan saat ditanyakan Syech Adnan Al-Afyouni. Hal itu sebagai tanda sepakat mencalonkan Habib Luthfi bin Yahya sebagai pemimpin organisasi yang baru dibentuk ini.

“Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya,” kata Habib Luthfi usai dikukuhkan sebagai pemimpin Forum Sufi Dunia di Hotel Santika, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa malam, 9 April 2019.

Baca juga: Habib Luthfi: Jagalah Indonesia, Jangan Kecewakan Ulama Terdahulu

Tapi tidak cukup dengan itu, Habib Luthfi juga meminta kepada seluruh peserta untuk membantu menjadikan organisasi ini sebagai model organisasi Islam di dunia.

“Kita melihat perkembangan dalam dunia Islam terbentuk hisbiyah, organisasi, nidzamiyah, kurang bisa kita harapkan memajukan Islam,” ujarnya.

Sebab, katanya, menjadi pemimpin organisasi dunia bukanlah hal yang mudah, tetapi perlu kerja bersama. Bukan sekadar Universitas Al-Azhar Kairo Mesir sebagai lembaga pendidikan tua di Timur Tengah, atau Suriah, atapun Sudan saja, melainkan menjadi tanggungjawab bersama.

“Jangan hanya memandang dengan pujian, tapi tolong dengan dakwah,” kata Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Ketua Panitia Konferensi Bidang Luar Negeri, Habib Ali Hasan Al-Bahar mengatakan, Indonesia telah mencatat sejarah baru karena menjadi tuan rumah forum internasional yang jarang terjadi. Ada lebih dari 80 ulama sufi dari 37 lebih negara yang hadir dalam konferensi ulama sufi internasional di Pekalongan ini.

“Selamat karena Indonesia tampil di mata dunia dunia internasional menjadi tuan rumah di satu forum yang jarang sekali terjadi. Mungkin jadi sejarah baru di abad milenial ini. Semua duduk bersama untuk merintis satu forum yang mengatur langkah yang lebih terarah dari semua kegiatan para sufi di dunia,” tuturnya.

Baca juga: Peran Geopolitik Global NU Perkuat Diplomasi Indonesia

Intelektual muda NU, Ahmad Baso, menjelaskan, kemunculan kelompok radikal dan ekstrem menimbulkan gejolak konflik dan pertikaian yang tak berkesudahan. Indonesia punya kesempatan besar untuk berperan menyelesaikan persoalan tersebut.

Habib Luthfi melalui Forum Sufi Dunia diharapkan dapat berperan melakukan langkah taktis menyelesaikan persoalan tersebut melalui jalur diplomasi kedua. “Kita bisa mainkan di second track diplomacy (jalur diplomasi kedua),” kata Baso.

Jalur diplomasi itu dapat memperlancar jalur formal yang diperankan oleh pemerintah melalui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Terlebih Indonesia merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. “Kita yang tampil di depan menjadi pionir,” ujarnya.

Baso menjelaskan bahwa peran demikian dilakukan dengan people to people. Artinya, orang-orang yang terlibat pertikaian itu dipertemukan dalam satu forum. “Lewat formal buntu. Kita pakai jalur ulama,” katanya.

Jadi, jika ada tawaran menyelesaikan konflik, persoalan radikalisme, dan semacamnya, menurutnya, bisa dilakukan melalui forum-forum ulama seperti Forum Sufi Dunia ini.

Baca juga: Grand Syeikh Al Azhar Akui Islam Nusantara Menjawab Kegelisahan Dunia

Baso melihat Indonesia punya peran strategis di dua jalur diplomasi tersebut, baik formal melalui Dewan Keamanan PBB, maupun non-formal dengan Forum Sufi Dunia yang baru dibentuk itu.

“Indonesia strategis di forum formal di PBB, strategis juga dengan memaksimalkan peran dari ulama-ulama NU, termasuk Abah Habib Luthfi ini untuk meningkatkan jalur diplomasi kedua,” ujarnya. (us/nuo)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network