Kemenag Minta Peneliti Sasar Folklor di Pesantren dan Rumah Ibadah

Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Kementerian Agama Muhammad Zein, menunjukan gambar manuskrip keagamaan (santrinews.com/istimewa)

Bekasi – Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Kementerian Agama Muhammad Zein meminta kepada peneliti untuk melakukan riset terhadap folklor atau tradisi lisan di pesantren.

Hal itu sampaikan Zein saat membuka acara Seminar Hasil Penelitian Isu-Isu Aktual Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan di Bekasi, Rabu malam, 4 Desember 2019.

“Sejak saya menjadi Kapuslitbang saya meminta para peneliti untuk melakukan riset folklor keagamaan, dan menyasar tradisi lisan yang ada di pondok-pondok pesantren tua, yang memiliki sejarah panjang,” kata Zein.

Baca juga: Zawawi Imron: Sastra itu Hakikatnya Milik Pesantren

Tidak hanya di pesantren, menurut dia, para peneliti juga harus mulai melakukan penelitian terhadap folklor yang ada di rumah-rumah ibadah, seperti di masjid ataupun langgar yang memiliki sejarah.

“Kita ini kan punya tradisi folklor atau tradisi lisan yang sangat kaya di masyarakat. Folklor itu sesunguhnya menyimpan memori intelektual bangsa. Dengan folklor kita bisa melihat bangsa kita ini bangsa cerdas,” ujarnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan.

Menurut Zein, folklor tersebut merupakan cara yang digunakan para leluhur untuk menyimpan memori intelektualnya agar bisa diwariskan sebagai legecy bagi generasi berikutnya.

“Folklore itu bermacam-macam, tentang kejujuran, tentang kesabaran, tentang kepahlwanan, keberanian,” tukasnya.

Baca juga: Menteri Agama Resmi Buka Muktamar Sastra di Pesantren Sukorejo

Dia menambahkan, Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Kemenag selama ini telah banyak melakukan penelitian terkait dengan folklor keagamaan. Namun, menurut dia, penelitian terkait hal itu harus terus dilakukan untuk membentuk karakter generasi bangsa.

“Untuk di Lektur sendiri sudah banyak sekali. Sudah ribuan tradisi lisan yang dikumpulkan, mulai terkait dengan pendirian pondok pesantren, tokoh-tokoh agama, atau pun tokoh pendiri masjid,” pungkasnya. (rep/hay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network