Mendes Halim Iskandar Tetap Ucapkan Salam Lintas Agama: Saya NU, Bukan MUI

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, saat membuka Pelatihan Master of Trainer Peningkatan Kapasitas bagi Pendamping Lokal Desa Tahun 2019, di Jakarta, Senin malam, 28 Oktober 2019 (santrinews.com/istimewa)
Bogor – Saat berbicara di acara Forkopimda yang digelar di Gedung SICC Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 13 Nopember 2019, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengucapkan salam yang mewakili lima agama di Indonesia.
Usai mengucapkan salam lintas agama itu, Halim menyinggung soal imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur yang melarang pejabat Muslim mengucapkan salam lima agama.
Dia bercerita sempat ditegur beberapa orang terkait hal ini, karena dirinya berasal dari Jawa Timur tapi justru tetap mengucapkan salam lima agama.
“Saya ngomong gini ada yang negur, ‘Pak Halim sampeyan orang Jawa Timur, kok salamnya lintas agama? Kan MUI Jatim mengimbau agar pejabat tidak gunakan salam lintas agama,” kata Halim.
Dia pun langsung menjawab pertanyaan dan teguran tersebut secara spontan. Menurutnya, tak ada salahnya tetap mengucapkan salam lima agama lantaran dirinya tak ada hubungan sama sekali dengan MUI Jatim.
“Saya jawab, ‘Betul saya orang Jatim, tetapi saya enggak punya kartu anggota MUI, yang saya punya kartu anggota NU. Dan NU membolehkan, itu enaknya jadi NU’,” kata Halim.
Pernyataan itu pun sontak disambit tepuk tangan riuh dari seluruh peserta yang hadir di ruangan. Halim pun kemudian tertawa mendapati ucapannya banyak direspon positif peserta.
Sebelumnya, MUI Jatim mengeluarkan himbauan agar para pejabat tak memakai salam pembuka semua agama saat sambutan resmi. Imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori.
Dalam surat tersebut, terdapat poin yang meminta agar para pejabat menggunakan salam sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jika pejabat itu Islam, diimbau cukup menggunakan kalimat ‘Assalamualaikum’ saja.
MUI Jatim menilai ucapan salam lintas ahama sebagai bid’ah, mengandung nilai syuhbat dan patut dihindari.
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menganjurkan pejabat Muslim mengucapkan salam sesuai ajaran Islam dan juga salam untuk menyapa penganut agama lain dalam membuka acara resmi.
Menurut Katib Syuriah PWNU Jatim KH Syafruddin Syarif, hal tersebut perlu dilakukan demi menjaga persatuan bangsa.
“Dalam kondisi dan situasi tertentu, demi menjaga persatuan bangsa dan menghindari perpecahan, pejabat muslim juga diperbolehkan menambahkan salam lintas agama,” kata Kiai Syafruddin di kantor PWNU Jatim Jalan Masjid Al Akbar Timur 9 Surabaya, Selasa, 12 Nopember 2019. (us/cnn)