Puisi-Puisi Akhmad Fatoni

Tembang Dolanan

NIP, begitu kau menyebutnya.
Waktu dan energimu meluap di ruas-ruasnya.
Namun kedatanganmu yang tiba-tiba,
memintaku mengingat tetembang yang dulu
membuatku girang. Girang dan jejingkrak
di bawah sang bulan.

Tembang itu kini terkikis
mirip kawanan pengemis yang
tak digubris di sepajang jalan metropolis

NIP, telah memisahkan kita. Tapi malam ini,
Ia telah menyatukan kita pada lampau yang teramat
payau. Sehingga dengan sisa waktumu,
kau memintaku memunguti ingatan tentang masa kanak kita.
Masa kanak di bawah bulan dengan tembang dan jingkrak
yang kini makin jarang. (*)

2013

Duct Tape

John, bajumu memukau dengan warna hijau.
Apalagi, kaudatang dengan ban yang terus berputar.
Michael Gerber membuat lajumu biru,
seperti Guy Kawasaki yang sampai hari ini
terus memintaku segera menemuimu.
Menemui untuk bertanya dan menyimpulkan duct tape
yang kautawarkan padaku seminggu lalu.

Aku menerima tawaran itu di perpustakaan kota.
Perpustakaan yang diam-diam membuatku sejenak
melupakan kunjungan pada pembangunan dom
yang meminta untuk segera dirampungkan.

Pikiranku makin kacau John, ketika Bob Bly
berpapasan denganku di jalan. Lalu berkata
bahwa tawaranmu tak boleh dilupakan.
Duct tape, menjadi hantu di pikiran. (*)

Londen, 24 Juni 2013

Akhmad Fatoni, penyuka fotografi dan hobi traveling. Juga penggiat dan pengelolah Komunitas Arek Japan (KAJ) di Mojokerto.

Terkait

No post

Puisi Lainnya

SantriNews Network