Refleksi Hari Santri Nasional

Santri Pewaris Peradaban

Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 Oktober 1945 akhirnya mendapatkan pengakuan dari Pemerintah melalui Keppres No 22 tahun 2015 tentang Hari Santri.

Keputusan Presiden Joko Widodo itu dengan mempertimbangkan bahwa ulama dan santri pondok pesantren mempunyai andil besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah serta ikut mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hajatan Hari Santri perdana tahun 2016 digelar serentak di seluruh pondok pesantren di Nusantara. Selain sebagai amanah konstitusi, yang terpenting adalah mengaktualisasikan nilai-nilai substansial tentang fatwa mempertahankan tanah air adalah jihad.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperingati Hari Santri Nasional dengan mengangkat tema “Merajut Kebinekaan dan Kedaulatan Indonesia.” Berbagai kegiatan dilaksanakan seperti; napak tilas Resolusi Jihad dua ribu kilometer melintasi Kabupaten Banyuwangi sampai Jakarta, pembacaan 1 Milyar Sholawat Nariyah serentak di seluruh penjuru Indonesia.

Menurut Seknas Hari Santri PBNU, Didik Suyuthi, bangunan peradaban hari santri memiliki dimensi ukhuwah wathoniyah (persaudaraan sesama anak bangsa). Demi mewujudkan cita-cita tersebut peranan santri sangat dibutuhkan.

Dalam konteks tatanan sosial, yang dipandang sebagai kaum terdidik, intelektual khususnya di bidang agama, maka santri memiliki tanggung jawab moral sebagai generasi atau pewaris perjuangan para ulama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Peradaban dunia saat ini sedang mengalami perubahan sehingga kiprah santri sebagai pewaris akan banyak mendapatkan tantangan. Berkaca kepada santri yang mampu mengatasi tantangan peradaban di antaranya; Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, KH Hasyim Asy’ari dan lainnya, serta masih banyak santri yang sukses menduduki jabantan strategis di Pemerintahan Indonesia.

Keberadaan santri yang sudah menyebar di seluruh penjuru Negeri ini harus ditopang dengan pengembangan kapasitas SDM serta perlunya peningkatan disiplin keilmuan sehingga dapat menjadi salah satu ujung tombak dalam menghadapi badai gelombang yang mencoba memecah belah Bangsa Indonesia.

Peringatan Hari Santri 2016 harus dijadikan momentum kebangkitan para santri untuk terus menerus mempertahankan tanah air dan bangsa ini dari berbagai kompleksitas persoalan (korupsi, narkoba, teroris).

Semoga para santri sebagai pemegang tongkat estafet perjaungan para ulama tetap konsisten mewujudkan nilai-nilai dan spirit Resolusi Jihad NU. (*)

Anwari Ilham, Mantan Ketua Umum PC PMII Sidoarjo, Alumnus Pondok Pesantren Sumber Gayam Pamekasan.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network