IPNU-IPPNU Kalimantan Barat Bahas Gejala Radikalisme

Pontianak – Kasubdit Direktorat Intelejen Keamanan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat (Kalbar), AKBP Munizar mengajak para generasi pelajar untuk ikut meminimalisir gerakan radikalisme dengan mengikuti kegiatan organisasi yang berdampak positif.

“Tentunya tetap menjaga empat pilar kebangsaan sebagai keutuhan negara dan bangsa Indonesia tercinta,” ujarnya di acara dialog kebangsaan di aula Kantor BKKBN Kalbar, jalan Dr Sudarso Pontianak, Jumat, 30 Nopember 2018.

Dialog bertema ‘Meningkatkan Nasionalisme Pelajar terhadap Pengaruh Paham Radikalisme’ ini adalah rangkaian dari Latihan Kader Utama (Lakut) Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kalbar.

Kegiatan dihadiri utusan pelajar muda, Pimpinan Pusat IPPNU, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar serta Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) provinsi setempat.

Dalam pandangan Munizar, radikalisme adalah paham atau keyakinan yang bisa menjadi benih penyebab seorang berbuat teror atau aksi terorisme.

“Ajakan jihad yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab selalu mengajak orang lain yang pengetahuannya minim akan agama untuk dijadikan objek sasaran pelaku teror,” ungkapnya.

Endah Sugiarti dari Pimpinan Pusat IPPNU memberikan sudut pandang secara garis prosesi kaderisasi. Bahwa IPNU dan IPPNU sebagai tombak awal untuk menanamkan rasa nasionalisme. “Yakni dengan yang biasa kita kenal dalam pengkaderan sebutan hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman,” jelasnya.

Menurut Endah, generasi muda tidak cukup melihat dari casing atau penampilan luar dalam masalah beragama. “Karena masih banyak yang minim akan pengetahuan tentang agama, meski penampilannya meyakinkan,” ujarnya.

Dalam diskusi sekalipun harus diimbangi dengan pengetahuan agama dan umum yang dapat berjalan selaras dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuaan Republik Indonesia. “Dan tentunya perbanyak membaca sebagai upaya menangkal radikalisme dengan tidak membagi informasi dalam gadget di media sosial kita,” katanya.

Ia kemudian menyampaikan data survey membuktikan bahwa wilayah paling harmonis adalah Kalbar yakni 72.4 Persen. “Namun sangat disayangkan lebih harmonis adalah wilayah Nusa Tenggara Timur yang 82,4 persen lebih minim radikalisme,” ungkapnya.

Ia membayangkan jika kegiatan di setiap level organisasi masih konsisten dalam menebar kebaikan seperti IPNU dan IPPNU, akan mampu bergandengan serta dapat berdampingan dengan apatur pemerintahan dan pihak kepolisian daerah.

“Maka segala aktifitas yang berakar dari pelajar di sekolah umum dan negeri seperti Rohis atau biasa disebut rohani Islam akan dapat tercegah,” urainya.

Karena dampak dari anggota Rohis yang hanya bersanad pada sumber google tanpa guru dapat berpengaruh negatif. “Dan bahayanya lagi mereka bisa menyebar ke tingkat perguruan tinggi dengan mengikuti pendidikan karakter,” keluhnya.

Sedangkan tutor yang ada di dalamnya hanya mengandalkan al-Qur’an terjemahan tanpa mengetahui asbabun nuzul.

Cara efektif untuk generasi muda NU bagaimana mampu masuk ke rumah mereka untuk menyelamatkan dan mengajak ke jalan yang lebih baik.

“Tentunya kita harus mampu dan peka terhadap informasi yang berkembang. Jangan sampai akar tersebut tumbuh berkembang menjadi pohon yang akan mengganggu sistem tatanan negara yang heterogen ini terpecah belah,” tandasnya. (shir/nuo)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network