Nakhoda Baru, Ishari NU Jatim Bertekad Lestarikan Budaya Khas Nusantara
Kiai M Nuruddin saat menyampaikan sambutan usai terpilih sebagai ketua Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari) NU Jawa Timur, di Pondok Pesantren Sunan Kalijogo Malang, Sabtu, 29 Desember 2018 (santrinews.com/ist)
Malang – KH Mahmud Al Husori dan Kiai M Nuruddin, resmi ditetapkan sebagai Rais Majelis Hadi dan Ketua Tanfidzi dalam Musyawarah Wilayah Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari) NU Jawa Timur, di Pondok Pesantren Sunan Kalijogo Malang, Sabtu, 29 Desember 2018.
Ketua terpilih Ishari NU Jatim Kiai M Nuruddin mengajak untuk bersama membangun Ishari NU Jatim, karena Ishari NU Jatim menjadi barometer Ishari secara nasional.
“Kami juga yang menginisiasi musyawarah di tingkat nasional sehingga Ishari punya Rais Majelis Hadi dan Ketua Umum di tingkat pusat. Maka dari itu Ishari NU Jatim menjadi percontohan sekala nasional,” kata Kiai Nuruddin.
Baca: Ishari NU Lestarikan Seni Hadrah Warisan Ulama Sufi Jalaluddin Rumi
Ishari adalah banom NU termuda. Ishari resmi ditetapkan menjadi banom di Muktamar ke 33 NU di Jombang pada 2015 lalu.
Dalam lima tahun ke depan periode 2018-2023, Kiai Nuruddin akan terus merajut ukhuwah dalam kemandirian jamiyah. Ishari NU Jatim ke depan akan berdiri dengan kaki sendiri dan terus memberikan kemanfaatan kepada anggota Ishari.
“Kami bertekad akan menjadi banom NU seperti banom lainnya. Meskipun kami masih baru,” tegasnya.
Baca juga: Satgas Yonarmed 12 Kostrad Latih Santri Seni Hadrah
Selain itu, Kiai Nuruddin memiliki keinginan memperjuangkan Ishari sebagai bagian budaya Jawa Timur. Kalau di Aceh bangga dengan tarian saman. Jawa Timur juga punya Ishari perpaduan hadrah dengan seni akan menjadi budaya khas nusantara.
“Kami akan menyampaikan dan mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahwa Ishari ini adalah budaya asli Jawa Timur sehingga mendapatkan pengakuan pemrov. Tidak hanya pengakuan, Jawa Timur akan bershalawat setiap saat bersama Ishari,” lanjut Nuruddin.
Selain itu, Kiai Nuruddin mengatakan pelestarian budaya warisan ulama nusantara terus akan digalakkan. Awalnya bacaan shalawat yang dibingkai dengan seni ini menjadi perekat bagi masyarakat.
Baca juga: Festival Hadrah Dhung-Dhungan, Cara LESBUMI NU Lestarikan Seni Islami
“Memang Ishari ini dalam membaca shalawat terlihat biasa tapi kalau sudah diresapi akan terhanyut dalam bacaannya. Inilah nantinya yang akan kami teruskan kepada generasi muda,” tuturnya.
Membaca shalawat dengan paduan antara Jawa dan Timur Tengah ini memang sulit bagi mereka yang tidak memahami. “Tugas kami memberikan pemahaman kepada anak muda membaca shalwat dengan perpaduan Jawa dan Timur Tengah,” pungkasnya. (rofii/onk)