Gratiskan Kursus Membatik Bagian Lestarikan Budaya Lokal

Pemilik Rumah Butik dan Sanggar Batik Madura, Puji Sri Rahayu, menunjukkan batik hasil karya anak siswa (Santrinews.com/hambali)

Bangkalan – Desa Tonjung Kecamatan Burneh, Bangkalan, adalah salah satu tempat butik sekaligus sanggar batik Madura. Dijadikan kursus batik gratis untuk semua kalangan. Khususnya, para anak muda- mudi yang punya keinginan belajar membatik.

Buktinya, pada Kamis 19, Februari 2015, para pelajar sekolah swasta dari Surabaya tampak memenuhi Sanggar Batik untuk belajar membatik. Mereka tampak sangat antusias melakukan tahapan demi tahapan membatik, walaupun hal itu baru pertama mereka lakukan.

Puji Sri Rahayu, pemilik Rumah Butik sekaligus Sanggar Batik Madura, mengatakan, tempat miliknya itu rela memberi kursus gratis membatik bagi pelajar agar kalangan muda tidak hanya suka mengenakan baju batik dan sekaligus sebagai wujud mempertahankan budaya lokal.

“Kami menggratiskan ini mas, pelajar hanya disuruh membeli bahan yang mereka gunakan saja. Hal ini kami lakukan agar anak-anak juga suka dan memahami cara membatik,” kata Rahayu.

Menurut dia, menggunakan busana batik kini mulai kembali bangkit. Tak jarang kalangan remaja menggunakannya dalam kegiatan tertentu. Kondisi ini berbeda dengan image sebelumnya, dimana busana batik masih menjadi dominasi kalangan tua.

“Kita berharap ini kita jaga bersama sebagai wujud mempertahankan budaya lokal agar tidak tenggelam di tengah modernisasi. Bagaimana budaya lokal tetap dipertahankan di kalangam anak muda,” paparnya.

Dia menambahkan, walaupun berbusana batik kini juga digandrungi kalangan muda, tapi jarang sekali ditemukan remaja yang berminat mendalami ilmu membatik. Hal ini yang mendasari salah satu butik Madura yang ada di Bangkalan. “Ini cara kami untuk memberikan kursus membatik secara gratis, untuk mendalami ilmu membatik,” ucapnya.

Sementara itu, salah satu siswi SMPK Dharma Mulya Surabaya, Hana menuturkan, dirinya sering belajar menggambar di sekolahnya, namun membatik di selembar kain dengan menggunakan canting batik yang pertama, dan tentu masih kesulitan sekaligus menantang.

“Seru juga sih, walaupun masih sering belepotan mencantingnya, tapi puas lihat hasil karya sendiri,” ujarnya. (ham/onk)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network