Pesantren Al-Ittifaq Sediakan Layanan Pesan Sayur Secara Online
Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq Bandung, A Setia Irawan memperlihatkan sejumlah sayur mayur hasil budidaya para santri di pesantren tersebut (santrinews.com/antara)
Bandung – Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kampung Ciburial, Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menyediakan layanan penjualan sayur secara daring. Pemesanan online mulai dilayani sejak 27 Maret 2020.
“Warga bisa pesan secara online melalui Google Form dan nantinya kami mulai mendistribusikan langsung ke masyarakat lewat ojek online. Kalau pesan sebelum pukul 14.00 pesanan akan kami kirim besoknya, kalau lewat dari itu, dikirim lusa,” kata Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, A Setia Irawan, di Bandung, Jumat, 17 April 2020.
Irawan mengatakan penjualan sayuran secara online mendapat respons positif dari konsumen. Terbukti, omzet dalam satu hari hampir 40 hingga 60 permintaan masuk melalui Google Form tersebut.
“Harga yang kami cantumkan dalam Google Form sama dengan harga yang kami pasok ke supermarket, karena selama ini kami biasa memasok sayuran ke supermarket,” ujarnya.
Ia bersyukur ada sejumlah pihak yang mendukung usaha pemesanan sayuran secara online yang dikelola Pesantren Al-Ittifaq.
“Alhamdulillah selama ini kita banyak dikelilingi orang-orang baik. Sepekan setelah dijalankan bisnis online melalui Google Doc, itu ada Pak Aji dari Kota Bandung yang menyatakan siap membantu. Beliau mewakafkan ilmunya untuk membuat aplikasi khusus untuk pemesanan sayur secara online milik Pesantren Al-Ittifaq,” ujarnya.
Selain menjadi pemasok sayuran segar untuk supermarket, Pesantren Al-Ittifaq juga merupakan pesantren percontohan yang ditunjuk Pemprov Jawa Barat untuk membagikan ilmu tentang usaha agrobisnis kepada pesantren lain.
“Alhamdulillah pada September 2019 kami memberikan pelatihan magang One Product One Pesantren untuk 20 pesantren,” tukasnya.
Dari 20 pesantren, kata Irawan, ada 10 pesantren yang diarahkan untuk budidaya empon-emponan seperti jahe, kunyit, temulawak. “Dan alhamdulillah saat ini ke-10 pesantren tersebut sedang menikmati hasil manis dari hasil budi daya mereka. Karena saat wabah Covid-19 permintaan terhadap empon-empon meningkat drastis,” ujarnya.
Solusi Jangka Panjang Masa Corona
Sebagai salah satu pondok pesantren yang menjalankan usaha agrobisnis dan sering dimintai pendapat oleh pemerintah daerah dan pusat, Irawan mengatakan seharusnya ada solusi jangka panjang yang disiapkan oleh pemerintah terkait dampak pandemi virus Corona atau Covid-19.
“Kekhawatiran selanjutnya ialah apa yang akan terjadi enam bulan ke depan atau setahun ke depan terkait Covid-19 ini. Kami berpikir pemerintah harus menguatkan sektor pangan berdasarkan kebutuhan masyarakat, jangan menanam yang tidak dibutuhkan masyarakat. Harus ada arah kebijakan yang tepat dari pemerintah,” kata dia.
Ia khawatir jika wabah Covid-19 berlangsung lama dan stok pangan tidak mencukupi maka akan terjadi kekacauan di masyarakat. Ia juga menyayangkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku bisnis pertanian atau agronisnis tidak bisa dicairkan oleh bank.
Padahal, kata dia, di tengah wabah Covid-19, para petani membutuhkan suntikan modal ketika mendapatkan permintaan yang tinggi dari konsumen.
“Kami itu bukan minta modal tapi meminjam modal lewat KUR. Kalaupun itu diberikan akan kami kembalikan. Tapi pada kenyataannya itu tidak ada,” tegasnya. (ant/red)