“Pesantren” Hindu di Pulau Dewata Bali

Siswa-siswi di Pesraman Gurukula, Bali (santrinews.com/okezone)

Bangli – Jika selama ini publik mengenal Pondok Pesantren yang memadukan pendidikan agama tradisional dengan sistem modern, di Bali ada model pendidikan hampir serupa yang tengah dikembangkan seperti Pesraman Gurukula di Kabupaten Bangli.

Berada di kaki sebuah bukit berhawa sejuk di Desa Kubu Kecamatan Bangli, keberadaan Pesraman Gurukula sangat kondusif untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

Yang menarik, lembaga pendidikan kuno itu menjadi satu satunya di Bali yang pendekatannya seperti pondok pesantren, lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan ditempatkan tinggal dalam satu asrama tak jauh dari sekolah mereka.

Hal ini bisa lebih menjamin siswa bisa intens mendalami berbagai ilmu pengetahuan agama maupun ilmu umum lainnya dan memudahkan pengawasan.

“Dengan siswa tinggal di pasraman bisa interaksi satu sama lain juga mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam keseharian mereka,” kata Kepala Sekolah Pesraman Gurukula Wayan Arsada, ditemui di sela Presstour Humas Pemprov Bali di Bangli, Jumat 23 Agustus.

Di pasraman ini, seperti dilansir laman Okezone.com, banyak diajarkan ilmu agama Hindu, budaya, sastra, bahasa Bali, pengobatan tradisional ala Hindu atau ayurweda, seni tari, dan seni tabuh hingga mata pelajaran umum lainnya.

Mereka diajari bagaimana berkebun atau bercocok tanam hingga beternak sapi dan babi. Semua hasil produksi ternak atau hasil pertaniannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa. ?

Arsada menyebutkan, pasraman yang berdiri di atas lahan seluas 2 hektare (ha) itu dirintis sejak tahun 2003, semasa Bupati Bangli Made Arnawa.

Pengembangan lembaga ini banyak mendapat donatur termasuk Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang membantu pembangunan gedung termasuk juga buku-buku pelajaran, pakaian hingga beras.

“Pak Gubernur (Mangku Pastika) sangat mengapresiasi keberadaan sekolah ini dan sudah dua kali berkunjung ke sini,” kata Arsada.

Selain itu, donasi juga datang dari perusahaan biro perjalanan, Bank Pembangunan Daerah Bali dan lainnya. Rata-rata biaya operasional mencapai Rp20 juta per bulan.

Lewat bantuan berbagai pihak, maka pada 2006 sudah bisa menjalankan kegiatannya menerima siswa baru, utamanya dari keluarga tidak mampu. Dalam perkembanganya, sekolah ini telah menyelenggarakan pendidikan mulai tingkat SD sampai SMA.

Khusus untuk SMA sudah menamatkan dua angkatan sebanyak 49 orang. Persyaratan siswa yang diterima di sekolah ini selain melalui tes juga diprioritaskan dari kalangan tak mampu.

Karena keterbatasan sarana dan prasarana, maka pihak yayasan membatasi jumlah siswa maksimal 20 orang untuk tiap kelasnya. Saat ini, total siswa ada berjumlah sekira 139 orang yang berasal dari berbagai kabupaten di Bali dan daerah lainnya seerti Banyuwangi dan Lampung.

“Kita ingin menyeimbangkan pendidikan agama dan pengetahuan umum sehingga siswa di sini memiliki dasar dan cukup saat nanti lulus sekolah,” imbuh Ketua Yayasan Pasraman Gurukula Acharya Aghni Yoga.

Acharya mengklaim, pendekatan pendidikan yang memadukan agama Hindu dan pengetahuan umum yang berkiblat ke India ini merupakan satu-satunya di Indonesia.

“Kami ingin pesraman ini ke depan bisa mejadi pusat mempelajari samsekerta, ayurweda, dan pengetahuan agama Hindu di Indonesia,” imbuhnya.

Untuk itu, kurikulum yang disiapkan sudah mengadopsi kurikulum pendidikan nasional namun tetap di bawah pembinaan Kementerian Agama (Kemenag).

Keberadaan pasraman ini rupanya juga menarik minat wisatawan asing yang tengah berlibur ke Bali. Tak jarang wisatawan asing asal Prancis banyak berdatangan guna melihat dari dekat bagaimana pendidikan ala pesantren di Bali ini dijalankan.

Selain itu, pejabat daerah mulai gunernur, bupati, ketua DPRD sampai pejabat pusat seperti mantan Ketua MPR Hidayat Nurwahid, juga Menteri Sosial Prancis sempat bertandang ke pasraman ini.

Sekolah ini juga sangat istimewa. Biaya pendidikan bahkan sepenuhnya ditanggung pihak yayasan Pasraman Gurukula Bangli dan juga memanfaatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

“Biaya pendidikan, makan dan pondokan siswa ditanggung pihak yayasan,” ujar Wayan Arsada. (jaz/ahay)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network