Guruku Kiai, Bukan Google

Tahun-tahun ini marak adanya sebuah raksasa besar penguasa dunia maya yaitu google. Google bagaikan sebuah pisau, akan menjadi baik jika dipegang oleh orang baik, pun juga sebaliknya akan menjadi jelek jika diperuntukkan kepada kejelekan.
Yang tak kalah maraknya juga fenomena google banyak juga digunakan oleh ustadz-ustadz karbitan, kiai-kiai musiman. Karena zaman terus berubah dan perubahan itu adalah suatu yang pasti maka kita tidak bisa terlepas keseharian dari pada produk google mulai dari google maps, google documen shearch engine dan sebagainya.Â
Sebagian kalangan awam juga banyak terjebak belajar dari google yang mana kesalahan didapat karena dia belajar kepada artikel-artikel yang tidak tepat. Disini yang perlu digaris bawahi kaum Ahlus Sunnah Wal Jamaah masih kalah ratingnya dalam hal menulis dengan kaum sempalan. Sehingga banyak orang awam ataupun kalangan-kalangan intelektual yang tidak pernah mengaji agama, mengajinya langsung dengan google yang sumbernya tidak mutawatir dan dipertanyakan keshohihannya.
Oleh karenanya, jangan sampai kita mengaji langsung kepada google kecuali sudah ditashih oleh guru-guru kita, karena guru kita adalah Kyai, guru kita bersanad kapada Rasulullah SAW. Bolehlah kita menggunakan google untuk sekedar mencari referensi, untuk mencari wawasan dan disana juga terdapat website-website milik aswaja. Diantaranya adalah pissktb, nuonline, alwafa bi’ahdillah, annur2.net, sidogiri.net , Darul Ulum Jombang dan lain sebagainya.
Maka jika kita ingin belajar ilmu agama belajarlah kepada guru, mondoklah (Ayo Mondok, Pesantrenku Keren. Begitu kata Mbah Luqman At Tarmasi, Ketua Gerakan Ayo Mondok Nasional). Sekarang pesantren-pesantren juga tersedia google-google, juga tersedia laptop, dan tekhnologi-tekhnologi yang lain. Karena tekhnologi adalah anak zaman yang tidak akan pernah bisa ditinggalkan.
Dahulu saya pernah nyantri, pertama dirumah sendiri, setelah itu melanjutkan ke tsanawiyah Al-Falah, kemudian melanjutkan ke Yaman Darul Musthofa dibawah asuhan Al Habib Umar bin Hafidz. dan kadang pun sebagai manusia anak zaman, saya juga membuka google yang website-websitenya (keterangan-keterangannya diambil dari riwayat yang tsiqoh, penulis yang tsiqoh) yang terpenting bagaimana kita, jika tidak tahu kejelasan keterangannya tanya terlebih dahulu kepada guru. Sehingga tidak sampai terjerumus kepada mbah google, yang akibatnya mudah menyesatkan orang lain dan bahkan sampai menghalalkan darah sesama muslim.
Wallahul Musta’an.
من لاشيخ له Ùشيخه شيطان
Seseorang yang tidak mempunyau guru maka gurunya adalah Syetan.
Begitu kata Syekh Abdul Wahab As Sya’roni.
Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad
AnNur II Bululawang Malang.