Ngalap Berkah

Pengertian Tabarruk
Tabarruk artinya mengharap barakah, menurut istilah artinya adalah:

ﻃَﻠَﺐُ ﺯِﻳﺎَﺩَﺓِ ﺍْﻟﺨَﻴْﺮِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌﺎَﻟﻰَ

“Mencari tambahan kebaikan dari Allah Ta’ala”

Secara sederhana tabarruk didivinisikan sebagai:

ﻣَﻌْﻨﻰَ ﺍﻟﺘَّﺒَﺮُّﻙِ : ﻃَﻠَﺐُ ﺍْﻟﺒَﺮَﻛَﺔِ , ﻭَﺍﻟْﺒَﺮَﻛَﺔُ ﻫِﻲَ ﺍﻟﻨَّﻤﺎَﺀُﻭَﺍﻟﺰ ِّﻳَﺎﺩَﺓُ

Artinya tabarruk adalah mencari barakah. Sedang barakah adalah : perkembangan, dan tambahan dalam kebaikan. Sedang barakah menurut istilah adalah:

َﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩُ ﺑِﺎْﻟﺒَﺮَﻛَﺔِ ﻫِﻲَ ﺍﻟﻨُّﻤُﻮُّ ﻭَﺍﻟﺰِّ ﻳَﺎﺩَﺓُ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺨَﻴْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻜَﺮَﺍﻣَﺔِ

“Yang dimaksud dengan barakah adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan dan kemuliaan”. [Al Qaulul Badi’ fish Shalahi “˜alal Habibis Syafi’: 91]

Di dalam Al Qur’an dan Hadits kata berkah ini berulang kali disebutkan yang menggambarkan bahwa Allah memberikan keberkahan dalam berbagai hal, tempat ataupun benda, atau apa saja yang dikehendaki mungkin saja menjadi barakah.

Barakah itu mungkin saja oleh Allah diberikan pada pribadi seorang hamba, pada atsar seseorang, atau pada suatu tempat suci yang dikehendaki Allah. Sebagaimana firmanNya:

ﻭَﺟَﻌَﻠَﻨِﻲْ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛﺎً ﺃًﻳْﻦَ ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ

“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” (QS.Maryam: 31).

Ada pula barakah pada benda atau tempat seperti firmanNya:

ﻭَﻗَﺎï»ÙŽ ﻟَﻬُﻢْ ﻧَﺒِﻴُّﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺁﻳﺔَ ﻣُﻠْﻜِﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻜُﻢُ ﺍﻟﺘَّﺎﺑُﻮْﺕُ ﻓِﻴْﻪِ ﺳَﻜِﻴْﻨَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺑَﻘِﻴَّﺔٌ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﺮَﻙَ ﺁï»Ù ﻣُﻮْﺳﻰَ ï»­ÙŽïºï» Ùï»«ÙŽïºŽïº­Ùï»­Ù’ï»¥ÙŽ ﺗَﺤْﻤِﻠُﻪُ ﺍْﻟﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat”. (QS. Al Baqarah : 148).

ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏّ ﺃَﻧْﺰِﻟْﻨِﻲْ ﻣُﻨْﺰَﻻً ﻣُﺒَﺎﺭَﻛﺎً ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍْﻟﻤُﻨْﺰِﻟِﻴْﻦَ

Dan berdoalah : “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.” (QS. Al Mu’minun: 29).

Beberapa Hadist yang menerangkan tentang Tabarruk.

مارواه البخاري ومسلم, عن عِتبان بن مالك الأنصاري رضي الله عنه وهو من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي فَإِذَا كَانَتْ الْأَمْطَارُ سَالَ الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ بِهِمْ وَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَّكَ تَأْتِينِي فَتُصَلِّيَ فِي بَيْتِي فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى قَالَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَفْعَلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ قَالَ عِتْبَانُ فَغَدَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنْتُ لَهُ فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى دَخَلَ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ قَالَ فَأَشَرْتُ لَهُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنْ الْبَيْتِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ فَقُمْنَا فَصَفَّنَا فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ…).

bahwa ‘Itban bin Malik seorang sahabat Rasulullah Saw yang pernah ikut perang Badar dari kalangan Anshar, dia pernah menemui Rasulullah Saw dan bersabda: “Wahai Rasulullah, pandanganku sudah buruk sedang aku sering memimpin shalat kaumku. Apabila turun hujun, maka air menggenangi lembah yang ada antara aku dan mereka sehingga aku tidak bisa pergi ke masjid untuk memimpin shalat. Aku menginginkan Tuan dapat mengunjungi aku lalu shalat di rumahku yang akan aku jadikan sebagai tempat shalat.” Mahmud berkata, “Kemudian Rasulullah Saw bersabda kepadanya: “Aku akan lakukan insyaallah.” ‘Itban berkata, “Maka berangkatlah Rasulullah Saw dan Abu Bakar ketika siang hari, beliau lalu meminta izin lalu aku mengizinkannya, dan beliau tidak duduk hingga beliau masuk ke dalam rumah. Kemudian beliau bersabda: “Mana tempat di rumahmu yang kau sukai untuk aku pimpin shalat.” Maka aku tunjukkan tempat di sisi rumah. Nabi Saw lalu berdiri dan takbir. Sementara kami berdiri membuat shaf di belakang beliau, beliau shalat dua rakaat kemudian salam.” ‘Itban melanjutkan, “Lalu kami suguhkan makanan dari daging yang kami masak untuk beliau. Maka berkumpullah warga desa di rumahku dalam jumlah yang banyak.

Dalam hadist ini diterangkan bahwa Itban bertabarruk menjadikan menjadikan Musholla tempat yang dibuat sholat oleh Nabi.

“Dahulu Salamah memilih shalat di sisi menara yang di sisi mushaf (Utsman), lalu aku katakan kepadanya, ‘Wahai Abu Muslim, aku melihatmu memilih shalat di sisi menara ini.’ Dia menjawab, ‘Aku melihat Nabi Shallallahu’alaihiwasallam memilih shalat di sisinya’.”

Mahallus Syahidnya adalah Salmah RA sholat di tempat yang sering ditempati sholat oleh Nabi Muhammad SAW.

Ada juga yang bertabarruk dengan rambut Nabi.

عَنْ أَنَسٍ : “ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا Ø­ÙŽÙ„ÙŽÙ‚ÙŽ رَأْسَهُ كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَوَّلَ مَنْ أَخَذَ مِنْ شَعَرِهِ “ .
{رواه البخاري برقم : 168ØŒ في كِتَاب الْوُضُوءِ » بَاب الْمَاءِ الَّذِي يُغْسَلُ بِهِ شَعَرُ الْإِنْسَانِ …}

Dari Anas: Sesungguhnya Rasulullah Saw mencukur kepalanya ketika selesai haji, Abu Talhah adalah orang pertama yang mengambil rambutnya” (HR. Bukhari no. 168 Fi Kitab Al Wudlu’).

Ada yang menjadikan Rambut Nabi sebagai harta yang tak ternilai harganya.

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.
{رواه احمد وانظر كتاب صحيح البخاري: 1/ 145، واللفظ له. والبيهقي في الكبرى}

Dari Ibn Sirin (seorang tabi’in) beliau berkata pada ‘Abidah : Kami punya beberapa helai rambut Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallama, yang kami peroleh dari Anas atau dari keluarga Anas. Maka ‘Abiidah berkata (dalam hati): “Seandainya kami mempunyai sehelai rambut Nabi sall-Allahu álayhi wasallama, itu lebih berharga daripada perak dan emas dan apa pun yang ada di atas bumi maupun di dalam bumi.” (HR. Ahmad. Teks Hadits Riwayat Bukhari: 1/145. Dan Baihaqiy dalam Sunan Kubra)

Dan masih banyak lagi hadist-hadist yang menerangkan tentang Bertabarruk.

Bagaimana jika kita bertabarruk dengan Sholihin?!

Jika ada yang mengatakan padamu , mesti saja para sahabat, mereka menangi kanjeng Nabi taseh sugeng , berebut sisa air wudlu nabi, dan ketika beliau meludah hampir tak pernah jatuh kecuali jatuh di tangan para sahabatnya dan kemudian diusap-usapkan.

Dan terus mengapa kita tidak diperbolehkan untuk itu, mengambil atsar para Sholihin bukankah mereka para pewaris Nabi?. Tidakkah kamu tahu Tsabit al Bunani, dia mengecup tangan Anas bin Malik dan mengusap-ngusapkannya ke wajah, sambil berkata; ini tangan yang pernah berjabat tangan dengan Rasulullah SAW.

Hukum bertahnik juga, dianjurkan pada anak yang baru lahir, memberikan makan kurma/hal yang manis yang sudah dimakan oleh para Shalihin. Bukankah ini juga bertabarruk terhadap Atsar para Sholihin.

Hujjatul Islam Imam al Ghazali di dalam Ikhya’nya: Dan setiap orang yang diambil barokahnya ketika masih hidup, maka diambli barokahnya juga ketika sudah meninggal.

Wallahu A’lam.

Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad.
AnNur II Bululawang Malang.

Terkait

Dirosah Lainnya

SantriNews Network