Kalau Warga NU di Desa Tidak Tenang Indonesia Bubar

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat membuka Sarasehan Nasional Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PBNU di Hotel Acacia, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Desember 2019 (santrinews.com/nuo)
Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan desa adalah fondasi keberlangsungan suatu negara. Sebab, masyarakat di desa memiliki kapital moral, sosial, dan kultural yang menyebabkan kehidupannya menjadi tenang.
“Kalau masyarakat desa tidak tenang, tidak punya prinsip, tidak punya rasa kemandirian, bubar bangsa ini seperti halnya negara-negara Timur Tengah,” kata Kiai Said saat membuka Saresehan Nasional Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PBNU di Hotel Acacia, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Desember 2019.
Kegiatan hasil kerjasama LPP PBNU dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI itu diikuti ratusan pengurus LPP PWNU dan LPP PCNU yang berasal dari berbagai daerah.
Menurut Kiai Said, masyarakat desa tidak terlalu terpengaruh atas masalah-masalah krusial seperti krisis yang kerap menyerang suatu negara. Tahun 1998 misalnya, krisis moneter telah menyengsarakan kalangan menengah keatas, tetapi tidak begitu berdampak kepada kehidupan masyarakat desa.
“Tahun 1998 krisis moneter, yang goncang, yang jumpalitan, yang pingsan orang kota. Orang desa tenang-tenang saja. Dan tak ada dampak berlebihan,” ujarnya.
“Mereka (orang desa) bangun tidur, kerja, shalat, makan, ngerokok, shalat magrib. Ada acara maulid hadir, acara jam’iyahan hadir, ajaran agama berlangsung,” lanjutnya.
Sementara di kawasan metropolitian, hiruk pikuk terjadi berbagai masalah muncul sehingga banyak yang merasa kesulitan.
Karena itu, tambah Kiai Said, desa adalah pilar keberlangsungan bangsa Indonesia. Namun, masyarakat di desa harus mulai mandiri agar pilar keberlangsungan tersebut benar-benar berdampak positif untuk negara.
“Nabung itu pilar keberlagsungan bangsa ini. Alhamdulillah warga NU di desa-desa dengan segala kekurangannya ternyata mempunyai kebesaran hati, percaya diri,” tukasnya.
Kiai Said mengatakan, masyarakat desa juga harus mulai berpikir agar bisa membangun peradaban Indonesia, misalnya ikut terlibat membangun negara dari desa seperti yang diinginkan oleh semua kalangan.
Yang juga tidak boleh ditinggalkan adalah karakter kapital moral, sosial dan kultur agar kekuatan sesama anak bangsa di desa terus mengalami perbaikan.
“Yang jumpalitan itu yang kayak itu, orang desa tidak pernah punya gaji tapi mereka tenang-tenang saja,” tegasnya. (nuo/hay)