Pendekar NU Siap Jihad Tegakkan NKRI
Lambang Pencak Silat NU Pagar Nusa (dok/santrinews.com)
Jakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa H Azuddin Abdurrahman mengatakan, para pendekar Pagar Nusa siap berada di garis depan untuk berjihad menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui berbagai ikhtiar bela negara.
Azuddin Abdurrahman mengatakan hal itu, di Jakarta, Jumat, 31 Januari 2014, terkait pelaksanaan Silaturrahim Nasional (Silatnas) Majelis Pendekar Pagar Nusa dan rangkaian peringatan hari lahir atau Harlah ke-28 Pagar Nusa yang diselenggarakan selama bulan Januari 2014.
“Pendekar Pagar Nusa adalah bagian tak terpisahkan dari ulama dan para pejuang yang berkontribusi mendirikan, mempertahankan dan menegakkan kedaulatan NKRI,” kata Gus Aiz, panggilan akrab H Azuddin Abdurrahman.
Sebagai bagian dari kedaulatan negara, Pagar Nusa juga mendorong terciptanya pemerintahan yang sehat dan efektif, mampu bertindak secara mandiri dalam mewujudkan kepentingan rakyat, agama, bangsa dan kepentingan Negara, termasuk menjalin hubungan dengan negara lain berdasarkan prinsip kesetaraan dan keadilan.
Pagar Nusa menekankan bahwa NKRI haruslah selalu dipelihara kelangsungannya, ditingkatkan keutuhannya dan ditegakkan kedaulatannya. Sebab, terpeliharanya keutuhan bangsa dan tegaknya kedaulatan negara merupakan bagian dari pewujudan kemaslahatan umat dan tata kehidupan yang diridloi Allah SWT.
“Kedaulatan negara perlu terus-menerus dipertahankan baik dalam masa damai apalagi pada masa genting dan perang. Karena itu, Majelis Pendekar Pagar Nusa telah menyerukan kepada semua pihak, terutama kepada para penyelenggara negara dan pemerintahan agar lebih sungguh-sungguh dalam meneguhkan Pancasila sebagai dasar negara dan menegakkan kedaulatan NKRI,” demikian dalam pernyataan pers Pagar Nusa.
Terkait pelaksanaan pemilu 2014, Pagar Nusa mengingatkan masyarakat luas agar jangan larut dan terkecoh dengan eforia pemilu, termasuk kontestasi kandidat pejabat publik yang hanya tampak luarnya saja.
“Zaman sekarang sangat mudah sekali membuat berhala, mudah sekali menyanjung, memuja dan memuji untuk kemudian dihujat, dihina, dicaci maki dan dihancurkan. Jika ini yang terjadi, hanya akan menghasilkan kegaduhan politik yang pada gilirannya menimbulkan keresahan dan ketidaktertiban sosial. Proses politik harus didorong agar lebih sehat dan sungguh-sungguh demi kemaslahatan rakyat,” kata Gus Aiz.
Rangkaian kegiatan Harlah ke-28 Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa antara lain bedah dua buku, yaitu Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, (1785-1855) karya Peter Carey dan buku Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad (Garda Depan Menegakkan Indonesia) karya Zainul Milal Bizawie.
“Ada kesamaan momentum dan pelaku dalam mempertahankan bangsa ini melawan penjajahan dari Pangeran Diponegoro hingga Resolusi Jihad yang diserukan KH. Hasyim Asy’ari untuk mengusir segala bentuk penjajahan di muka bumi Indonesia sampai titik darah penghabisan. Majelis Pendekar Pagar Nusa mengobarkan kembali semangat perjuangan tersebut di seluruh wilayahnya masing-masing,” ujar Gus Aiz.
Pimpinan Pusat Pagar Nusa juga telah menggelar silaturrahim Nasional (silatnas) Majelis Pendekar Pagar Nusa yang bertujuan mentashih (verifikasi) jurus-jurus pencak silat yang akan diajarkan di pesantren dan pendidikan formal, juga mengingatkan peranan pesantren dan para ulama adalah centrum sosial dan habitus budaya. Pagar Nusa akan lebih mempererat kembali tali silaturrahim antar pesantren dan para ulama menjaga NU.
Hasil dari Silatnas itu telah disampaikan kepada KHR M Cholil As’ad Syamsul Arifin selaku Dewan Khos Pencak Silat NU Pagar Nusa pada acara Pengajian Umum Khotmil Qur’an, Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tasyakuran Harlah ke-28 Pagar Nusa Kamis (30/1) malam di Pesantren Walisongo Cibinong Jawa Barat, yang ditindaklanjuti dengan pertemuan lanjutan Dewan Khos Pimpinan Pusat Pagar Nusa beberapa waktu yang akan mendatang. (met/onk)