Seri Dialog Multikultural

Penyalahgunaan Simbol Agama Penyebab Konflik

Jambi – Sebanyak 30 tokoh Muslim mengikuti dialog pengembangan wawasan multikultural di Provinsi Jambi. Mereka adalah para pengurus pimpinan pusat ormas keislaman.

Selama empat hari, mereka akan berbaur dengan pemuka agama Jambi untuk mengikuti berbagai paparan dan dialog. Acara yang merupakan program Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI ini adalah bagian dari seri dialog multikultural yang digelar maraton di berbagai daerah.

“Pengembangan wawasan multikultural antara pemuka agama pusat dengan pemuka agama daerah di kalangan intern umat Islam melalui dialog merupakan salah satu langkah penting demi terciptanya kehidupan yang lebih rukun di kalangan umat Islam di masa yang akan datang,” kata Hamdar Arraiyyah, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Selasa, 8 Oktober 2013.

Menurutnya, acara ini penting karena menjadi jembatan penghubung bagi para pimpinan ormas Islam pusat dan daerah dalam menyatukan visi bersama mengenai kerukunan umat. Selain itu, menumbuhkan sikap saling pengertian, menghargai, dan toleransi di dalam intern umat Islam.

“Bukan masanya lagi perbedaan dijadikan sebagai alasan perseteruan di antara kita, tapi semestinya menjadi kekuatan positif bagi terciptanya sinergi yang indah di antara kita,” kata Hamdar.

Perbedaan umat, katanya, seperti dilansir Republika, adalah mozaik, yaitu potongan warna-warni yang bila dirajut akan membuat kehidupan umat lebih berwarna.

Dalam diskusi mengemuka bahwa potensi konflik umumnya terjadi karena penyebarluasan paham dan pengalaman agama di lingkungan satu kelompok agama secara kontinyu. Selain itu, adalah penyalahgunaan simbol-simbol agama yang menciderai perasaan satu kelompok.

Menurut Dr Ahmad Ridho, umat perlu mengembangkan ukhuwah, baik ukhuwah wahtoniyah (ukhuwah nasional), ukhuwan basyariyah (persaudaraan kemanusiaan), dan ukhuwah diniyyah (persaudaraan keagamaan) untuk menjaga kerukunan.

“Perlu ada keteladanan yang baik (uswah hasanah) dari pemimpin umat untuk menampilkan sikap ukhuwah yang dapat dijadikan contoh baik dalam lingkup terkecil maupun dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya perluasan cakrawala berpikir dalam masalah keagamaan dan kemasyarakatan. “Hal ini penting untuk meningkatkan pengertian dan saling memahami wawasan pihak lain dan mengembangkan sikap terbuka dalam menghadapi masalah-masalah sosial,” katanya. (onk/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network