Pesantren Berkontribusi Besar Merawat Islam Damai
Jakarta – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menegaskan, kontribusi pondok pesantren (ponpes) sangat fundamental dalam menangkal radikalisme. Namun, tentu saja, hal itu tidak terlepas dari kerja sama dengan lembaga lain.
“Pesantren bersama lembaga Islam lainnya termasuk NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah merawat Islam moderat di Indonesia,” ujar dia, Kamis, 28 Januari 2016.
Pesantren selama ini merawat Islam di Indonesia dengan damai, toleran, dan inklusif. Menurut dia, peristiwa atau gerakan-gerakan bernuansa kekerasan yang terjadi selama ini bukanlah kultur asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri.
Budaya kekerasan, tegas Kamaruddin, bukanlah bagian dari karakter masyarakat Indonesia. Sejak dulu, Indonesia memiliki keanekaragaman, tetapi tetap menjaga kedamaian. “Hal ini tidak terlepas dari peran pesantren,” katanya.
Ia melihat, pesantren secara masif mengajarkan Islam yang damai dan tidak keras. Selama ini, para santri dan santriwati mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari dari kitab-kitab, seperti kitab kuning untuk disyiarkan kepada masyarakat.
Substansi di dalam kurikulum pesantren, kata Kamaruddin, juga mengajarkan Islam moderat. Hasilnya, para alumni ponpes secara langsung dan tidak langsung berperan menjadi agen Islam moderat.
“Mereka telah menyebar, baik sebagai pengurus organisasi masyarakat maupun pejabat dan dapat berperan apa pun demi menjaga kedamaian bangsa.”
Sebelumnya, hal serupa dikatakan oleh mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko ketika berbicara dalam seminar bertajuk “Jihad Pesantren Melawan Terorisme dan Radikalisme,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 27 Januari 2016.
Menurutnya, pesantren memiliki sumber daya manusia dan kekuatan yang cukup untuk mencegah berkembangnya radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Moeldoko mengungkapkan, ketika menjabat sebagai panglima Kodam Siliwangi, ia selalu mengajak pesantren-pesantren untuk bekerja sama dalam menangkal berkembangnya pemikiran-pemikiran radikal.
“Kita susun kurikulum bersama. Karena, pesantren mengerti betul apa yang harus diperbuat untuk melakukan deradikalisasi,” ujarnya.
Ia berharap, ponpes dapat menjalin komunikasi yang baik dengan TNI dan Polri. “Dengan demikian, akan tercipta sinergi yang baik dan dapat diandalkan untuk melawan radikalisme dan terorisme di Indonesia,” tandasnya. (us/rol)