Tak Hanya Ustadz, Polisi Pun Mampu Berdakwah
Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy (Jaringnews.com/santrinews.com)
Jakarta – Polisi identik dengan penegakan hukum dan pelayanan bagi masyarakat. Tapi, menjadi polisi bukan berarti tidak mampu menjadi pencerah bagi umat melalui dakwah. Adalah Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy yang mampu memberikan ceramah dari masjid ke masjid kepada masyarakat sebagai seorang ustadz.
Awal kisah, pria berusia 36 tahun ini hidup di lingkungan pesantren sejak kecil dan tumbuh dalam keluarga yang mayoritas pemilik pesantren di Jawa Timur.
“Saya sekolah negeri dari SD sampai SMA di Kediri, Jawa Timur. Tapi saya juga ikut pesantren di daerah Jombang. Saya tidak bisa menyebutkan nama-nama pesantrennya, karena terlalu banyak dan itu milik keluarga saya di sana,” kata Edy, seperti dilansir Jaringnews.com.
Bagi Edy, memberikan ceramah bukan hal yang asing lagi. Pasalnya, ilmu yang ia miliki untuk ceramah didapat sebelum menjadi seorang polisi. Karena mengidolakan da’i sejuta umat KH. Zainudin MZ, Edy dalam setiap dakwahnya selalu memiliki gaya yang tidak jauh dari ciri khas sang idola.
“Banyak yang saya sukai penceramah di tanah air. Tapi, kalau saya sebutkan satu-satu takutnya penceramah lain tersinggung. Tapi, jujur saya sangat mengagumi gaya dan tutur kata KH. Zainudin MZ saat berdakwah kepada umat,” ujarnya.
Jebolan pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Airlangga ini mengaku, kegiatan dakwah yang ia lakoni di daerah Bekasi dan sekitarnya sama sekali tidak mengganggu pekerjaannya sebagai seorang polisi.
Justru sebaliknya, menjadi pendakwah bagi umat banyak membantu pekerjaannya. Ia menuturkan, suatu waktu terjadi demo di daerah Bekasi. Demo yang diperkirakan akan berujung anarkis itu berhasil diredam setalah para pendemo mengenali dirinya sebagai pendakwah atau ustadz.
Alhasil, demo itu pun berjalan damai dan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan. Edy mengungkapkan dalam setiap dakwahnya tidak ada hal yang istimewa. Dalam setiap dakwah, ia hanya mengajak umat untuk tetap istiqomah, bersyukur dan berkarya di jalan Allah.
Sebagai anak pesantren, Edy selalu berharap dalam setiap dakwahnya tidak diukur umat dengan pemberian baik berupa uang ataupun barang. Para pendakwah sekarang, menurut Edy masih ada yang membebabani para umat jika ingin mendatangkan ustadz yang dimaksud.
Menurutnya sebagai umat muslim yang mencoba membagi ilmu pengetahuan kepada umat selalu mencoba berdakwah tanpa bayaran. Meski ia mengakui dari sekian banyak dakwah yang pernah ia lakukan, diantaranya pernah menerima rezeki.
“Dalam Islam, salah satu kewajibannya ialah datang bila diundang,” ungkapnya.
Edy mengungkapkan keengganannya menerima bayaran setelah berdakwah karena terinspirasi oleh seorang da’i di daerah Jakarta Barat, tepatnya daerah Kembangan. Da’i yang ia kenal tersebut berdakwah dengan tidak menerima bayaran, malah sebaliknya meninggalkan uang usai berdakwah.
Selain itu da’i yang menjadi inpirasinya tersebut juga melakukan pengobatan di malam hari. Tak hanya itu, da’i tersebut juga bekerja sebagai advisor di perusahaan minyak Jerman dan selalu memberikan uang kepada pasiennya.
“Untuk menjual ayat-ayat Al-Qur’an merupakan hal yang paling saya hindari,” tandasnya. (ahay/saif).