Muktamar NU

Cairkan Suasana Muktamar Perlu Peran Kiai Sepuh

Yenny Wahid (santrinews.com/dok)

Jombang – Insiden dan ketegangan yang terjadi di arena Muktamar ke-33 NU di Jombang memaksa putri almarhum Gus Dur, Yenny Wahid angkat bicara. Cicit pendiri NU KH Hasyim Asyari tersebut meminta agar para kiai sepuh turun tangan dan mengambil alih proses muktamar.

“Saya sungguh mendorong agar yang muda-muda legawa menyerahkan ke para kiai khos,” kata Yenny, Senin, 3 Agustus 21

Menurut dia, tujuan dari pengambil alihan ini agar para Nadhliyyin muda tidak terjebak dalam emosinya. Sebab, eksesnya bisa parah, yakni terjadi perpecahan.

Selain itu, Yenny juga mengingatkan agar para muktamirin untuk kembali ke dalam semangat Qanun Asasi. Sebuah pedoman yang ditulis oleh KH Hasyim Asyari sendiri.

Qanun tersebut berisi banyak kutipan ayat maupun hadist yang mengedepankan persatuan dan mencegah saling benci, saling dengki, saling menjerumuskan, dan saling bermusuhan.

“Mbah Hasyim mengingatkan bahwa persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu menangani satu perkara dan seiya sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat untuk menciptakan persaudaraan dan kasih sayang,” tegasnya.

Yenny juga meminta semua pihak bahwa untuk menyikapi perbedaan pendapat dengan cara bil hikmah. Atau dengan cara yang baik. Jika tidak, maka konflik yang terjadi akan menjadi konflik berlarut-larut. “Dalam muktamar memang biasa terjadi beda pendapat. Tapi, jangan sampai menjurus ke konflik permanen,” tuturnya.

Ketika ditanya apakah ini berarti mendukung sistem AHWA (musywarah mufakat), dengan cara mengembalikan ke para ulama sepuh, Yenny hanya tersenyum. Lalu menjawab diplomatis. “Tak perlu ditafsirkan macam-macam. Yang terpenting, perbedaan yang ada bisa cepat diselesaikan dengan cara bil hikmah,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, suasana Muktamar ke-33 NU dalam agenda Sidang Pleno pembahasan tata tertib berlangsung ricuh, Minggu (2/8/2015) malam. Seorang peserta yang diketahui Ketua PWNU Kepulauan Riau (Kepri) diseret keluar dari arena Muktamar oleh beberapa banser.

Ini dipicu saat peserta dari Kepri tersebut menuding adanya praktik money politic di arena Muktamar NU untuk memuluskan AHWA (ahlul halli wal aqdi) dalam pemilihan Rois Aam PBNU.

Dia pun mengungkapkan bahwa sistem AHWA pertama kali disosialisasikan saat Pra Muktamar di Medan Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

PCNU seluruhnya dari Kepri menolak AHWA. Kami menangkap seorang oknum yang membawa uang segepok dan akan diserahkan ke muktamirin. Kami ada barang buktinya dan kami amankan. Ini ada faktanya,” tegasnya.

Sejurus kemudian, arena mendadak panas. Ini karena peserta barisan pendukung AHWA marah dan meminta Banser menyeret keluar yang bersangkutan. “Tangkap orang itu, dia sudah menuduh ulama dan kiai. Amankan dia, seret keluar,” teriak pengurus PCNU Wajo, Sulsel Irham Nur. (rus/jaz)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network