Refleksi Tahun Baru Hijriah
Indonesia Defisit Keberagamaan, Umat Harus Hijrah Ideologis

Jember – Anggota DPRD Jawa Timur Moch Eksan mengajak umat Islam menjadikan momentum Tahun baru Hijriah 1438 yang bersamaan dengan hari kesaktian Pancasila dijadikan ajang untuk melakukan hijrah secara ideologis.
Hal itu dikemukakan oleh Eksan saat acara Do’a akhir tahun dan awal tahun hijriyah bersama ratusan abang becak di Perumahan Pesona Surya Milenia Mangli Kaliwates, Jember, Sabtu, 1 Oktober 2016.
“Acara doa bersama ini bersamaan dengan dua momen bersejarah. Pertama, tahun baru hijriyah 1438 H. Dan, kedua, hari kesaktian Pancasila,” kata Moch Eksan.
Apa hubungan antara hari besar agama dan nasional tersebut? Keduanya memiliki hubungan pemaknaan dan pelaksanaan hijrah ideologis dari Pancasila sebagai manhajul fikr (metode berfikir) menjadi manhajul ‘amal (metode berbuat). Hijrah ideologis sangat relevan bila melihat potret keberagamaan, hubungan kemanusiaan, persatuan Indonesia, kepemimpinan dan keadilan sosial.
“Keberagamaan Indonesia mengalami difisit. Toleransi dan perdamaian antar umat beragama diwarnai oleh aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama. Umat Islam berkewajiban untuk menghijrah ideologi dan gerakan sosial umat pada misi Islam rahmatan Lil ‘alamin,” jelas politis asal Partai NasDem.
Belum lagi kata Wakil Sekretaris PC NU Ember ini, sekarang hubungan kemanusiaan diwarnai oleh praktek perdagangan manusia yang paling tinggi di dunia. Seluruh anak bangsa memiliki kewajiban untuk memerdekaan manusia Indonesia dari karantina sistem nilai dan sosial yang menindas dan memeras.
Tak hanya itu, semangat gotong royong dan sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, terasa semakin jauh dari persatuan Indonesia. Semua anak bangsa terperangkap oleh sikap egoisme dan primordialisme, yang acapkali menyulut kerusuhan sosial di beberapa daerah di Indonesia.
“Kepemimpinan belum berbanding lurus dengan keteladanan. Pemimpin yang sukses sekaligus bersih jumlah masih tak terlalu banyak. Kebanyakan sedikit banyak terseret oleh kasus pelanggaran hukum,” tandas mantan Komisioner KPUD Jember.
Dalam konteks pembangunan nasional, menurut Eksan sampai saat ini belum berhasil menghapus kesenjangan sosial. Alih-alih, kesenjangan sosial bukan berkurang, malah kian bertambah, yang menjauhkan nilai-nilai keadilan sosial dari kehidupan umat dan bangsa.
“Kondisi tersebut, yang kian menguatkan relevansi hijrah ideologis demi masa depan Indonesia. Bahwa kesaktian Pancasila diukur dari keberhasilan lolor dari usaha jahat untuk mengganti ideologi Pancasila, akan tetapi bagaimana nilai-nilai Pancasila di atas dibumikan,” pungkas Wakil Ketua Bidang Agama dan Masyarakat Adat DPW Partai NasDem Jatim.