Seni Tradisional Cermin Falsafah Hidup

Jember – Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur Moch Eksan mengatakan, sekarang sudah banyak seni tradisional dan budaya rakyat yang mulai punah lantaran generasi muda beralih pada seni dan budaya lain. Padahal, seni dan budaya tradisional merupakan identitas yang menjadi pemersatu antar individu.

Hal itu disampaikan Eksan saat meresmikan Komunitas Seni Singo dan Campur Sari, di Desa Mulyorejo, Silo, Jember, Ahad malam, 30 Oktober 2016.

Menurut Eksan, saat ini globalisasi informasi telah membawa dunia pada seni dan budaya “tunggal”. Bangsa gagal dan tertinggal kian tak mampu bertahan dengan identitas seni dan budaya lokalnya sendiri, sehingga seni dan budaya mainstream mendominasi bahkan menghilangkan batas geografis kultur suatu bangsa.

“Keanekaragaman seni dan budaya hanya terlihat pada pentas yang temporal dan musiman, tidak lagi terlihat sebagai identitas yang permanen dan terus menerus. Padahal seni dan budaya rakyat adalah warisan kultur yang mencerminkan falsafah hidup, sistem nilai, kondisi politik, ekonomi dan sosial masyarakat,” jelas Eksan.

Oleh sebab itu, ia berkomitmen akan mendukung penuh terhadap segala ikhtiar untuk menjaga, melestarikan, mengembangkan seni dan budaya rakyat. Sesui dengan misi Indonesia berdaulat dalam politik, mandiri di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam budaya bangsa Indonesia sendiri.

“Pemerintah dan masyarakat adat punya kepentingan yang sama untuk menjaga dan mendukung kekayaan seni dan budaya yang kita miliki agar mampu bersaing hidup bahkan memenangkan kompetisi budaya global,” tandasnya.

Menurut Eksan, budaya itu bukan “˜kata benda’, melainkan “˜kata kerja’. “Artinya senantiasa melahirkan seni dan budaya baru yang inovatif dan kreatif,” pungkas wakil sekretaris PC NU Jember tersebut. (nor/hay)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network