Dimensi Laku Hidup Sufi KH Ahmad Minan Abdillah

Membaca sajian-sajian istimewa KH Mujiburrahman Ma’mun tentang laku kehidupan KH Ahmad Minan Abdillah (Gus Minan) Kajen, Pate, Jawa Tengah, mengingatkan kita tentang sosok pendahulu-pendahulunya, yaitu KH Abdullah Zain Salam (ayah) dan KH Abdussalam Abdullah (kakek, pendiri Perguruan Islam Mathali’ul Falah {PIM}).

Keduanya adalah sosok hamilul Qur’an yang pakar kitab kuning. KH Abdussalam Abdullah pernah mengajar Syarah Ibnu Aqil ala Al-Fiyyati Ibni Malik tanpa membaca teksnya sekalipun. Artinya beliau hafal teks Syarah Ibnu Aqil tersebut. Begitu juga KH Abdullah Zain Salam mengaji kitab Tafsir Jalalain, Al-Hikam, Irsyadul Ibad, dan lain-lain kepada para santri dan masyarakat dengan penuh khidmat.

KH Ahmad Minan Abdillah meneruskan para pendahulunya sebagai hamilul Qur’an dan pakar kitab kuning yang saling menguatkan satu dengan yang lain menjadi satu ramuan utuh yang kokoh, tegak, dan mengakar.

Lebih dari itu, distingsi Bani Salam (keturunan KH Abdussalam) menurut penilaian masyarakat luas adalah pada laku hidup. Laku hidup adalah tindakan riil yang dilakukan dalam kehidupan, tidak sekedar ilmu dan retorika.

Ketika penulis bertanya kepada masyarakat tentang sosok para kiai Bani Salam jawabnya adalah “mereka adalah kiai laku”. Laku mereka sesuai dengan ilmunya sehingga bisa menjadi teladan bagi orang lain.

Ingat yang sering disampaikan KH MA Sahal Mahfudh:

لسان الحال افصح من لسان المقال

Laku lebih tajam dari sekedar transfer ilmu.

Laku hidup yang dipancari cahaya ketuhanan yang suci dan menerangi diri dan orang lain tidak lepas dari kedalaman ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf yang terintegrasi dalam satu jiwa yang menuntunnya menggapai ridla Ilahi.

Dari beberapa sumber, penulis mengetahui bahwa semua putra KH Abdullah Zain Salam, yaitu KH Ahmad Nafi’ Abdillah, KH Ahmad Minan Abdillah, dan KH Ahmad Zakki Fuad Abdillah adalah sosok sufi yang mengamalkan ajaran Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyyah Mujaddadiyah.

Maka benar keterangan dalam kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang inspiratif dalam hal ini:

لا ينبغي لفقير ان يتصدي ويتصدر لارشاد الناس الا ان اعطاه الله علم العلماء وسياسة الملوك وحكمة الحكماء

Tidak layak bagi faqir (seseorang yang butuh pertolongan Allah) tampil membimbing orang lain kecuali setelah Allah memberinya tiga hal: ilmu para ulama, siasat para pemimpin, dan kebijaksanaan ahli hikmah.

KH Ahmad Minan Abdillah mencerminkan kedalaman ilmu dan kesucian laku yang dilandasi tiga hal penting di atas.

Pemikiran Gus Minan
Menyimak kajian youtube ngaji Gus Minan, terlibat pemikiran tasawuf Gus Minan yang fokusnya ada pada tazkiyah.

Tazkiyah adalah proses menyucikan jiwa manusia dengan cara mengganti sifat madzmumah (tercela), seperti riya’, takabbur (sombong), sum’ah, dan ‘ujub, dengan sifat mahmudah (terpuji), seperti ikhlas, sabar, dermawan, dan tawakkal kepada Allah Ta’ala.

Tazkiyah ini sangat penting supaya seseorang tidak dikuasai nafsu, ego sektoral, dan ambisi duniawi yang tidak ada batasnya.

Beberapa contoh tazkiyah adalah: Pertama, Nabi Muhammad selalu melakukan tazkiyah kepada para sahabat, meskipun ibadah mereka sudah sangat tekun supaya keimanannya meningkat dan kedekatannya kepada Allah Ta’ala bertambah.

Satu waktu Nabi mentazkiyah para sahabat supaya punya laku hidup seperti Dhomdhom (pengikut Nabi Musa) yang setiap pagi hari selalu berdoa:

الهي تصدقت عرضي على الناس

“Wahai Tuhanku, aku sedekahkan harga diriku untuk seluruh manusia”.

Ketika seseorang sudah menyedekahkan kehormatannya, maka tidak ada sakit hati, dendam, dan perasaan harga diri terinjak-injak ketika dihina dan dilecehkan orang lain. Ia menjadi pemaaf, kasih sayang, dan membalas kejelekan dengan kebaikan.

Kedua, Ibrahim mentazkiyahi Jadul Haq al-Qur’ani dengan kedermawanan, kesabaran, dan mengenalkan al-Qur’an, sehingga pasca kematian Ibrahim, Jadul Haq diberikan hidayah Allah masuk Islam dan menjadi dai (penyeru Islam) yang mampu mengislamkan banyak orang dengan jalan hikmah dan mauidhah hasanah.

Ketiga, Sayyidah Nafisah (keturunan Nabi dan guru Imam Syafi’i di Mesir) yang ditazkiyah bapaknya, Sayyid Hasan, sehingga pada usia belia sudah hafal al-Qur’an dan kemudian disuruh pergi ke Mesir untuk mengajarkan Islam kepada umat manusia. Banyak orang Yahudi yang masuk Islam melihat keramat Sayyidah Nafisah (misalnya orang sembuh kakinya ketika terkena air sisa wudlu’ Sayyidah Nafisah dengan ijin Allah).

Tazkiyah di era sekarang menjadi sangat urgens mengingat problematika hidup semakin kompleks dan keringnya jiwa manusia dari air spiritualitas agama. Sudah waktunya jiwa kita mendapat tazkiyah dari para ulama yang suci laku hidupnya sehingga kita bisa merasakan kehadiran Allah dalam jiwa kita.

Laku Gus Minan
Laku hidup Gus Minan Abdillah sudah disampaikan Gus Mujib Ma’mun. Kisah tersebut menunjukkan kedermawanan dan semangat besar Gus Minan dalam membantu orang lain dan dalam dakwah Islam.

Penulis ingin menambah sedikit. Pernah saat haul Syaikh Ahmad Wiropadi Pasucen, Gus Minan berkenan hadir di Pasucen untuk acara khatmil Qur’an di masjid dan mushalla se-desa Pasucen dengan jamaah tahfidz.

Ini menunjukkan bahwa beliau selalu memantau para santrinya dan senang turba di tengah masyarakat untuk membumikan al-Qur’an di tengah masyarakat. Kehadiran beliau menjadi energi besar bagi para santri dan masyarakat dalam mensyiarkan al-Qur’an di tengah kehidupan.

Pesan bagi Santri
Ulasan di atas menjadi ‘ibrah bagi santri supaya serius memgemban amanah ilmu dan laku dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Secara lebih detail, legacy yang ditinggalkan Gus Minan mengajarkan para santri:

Pertama, serius menghafalkan al-Qur’an. Gus Minan menghafalkan al-Qur’an dengan didikan disiplin dan ketat dari ayahnya, KH Abdullah Zain Salam.

Kedua, serius mengkaji ilmu al-Qur’an. Al-Qur’an tidak cukup dibaca dan dihafalkan, tapi harus dikaji kandungannya karena al-Qur’an adalah sumber segala ilmu. Untuk memahami al-Qur’an dibutuhkan ilmu nahwu, sharaf, balaghah, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadis, dan lain-lain. Intinya: hafidhul qur’an harus alim kitab kuning.

Ketiga, mendakwahkan al-Qur’an di tengah masyarakat. Mengajar cara membaca al-Qur’an dengan benar dan mengajarkan kandungan al-Qur’an kepada masyarakat adalah tanggungjawab besar yang harus dilakukan. Jangan termasuk orang yang menyembunyikan ilmu karena mendapatkan laknat Allah dan semua manusia.

Keempat, membantu orang lain sesuai kemampuan. Menjadi orang dermawan dan memberdayakan orang lain adalah salah satu cara membantu orang lain. Ulama adalah orang yang punya jiwa kasih sayang kepada umat. Membantu adalah cermin kasih sayang.

Kelima, pentingnya kaderisasi. Menyiapkan kader-kader penerus handal menjadi keharusan dalam rangka kontiniutas dakwah Islam. Tidak mungkin dakwah Islam berkembang jika terjadi stagnasi kepemimpinan dan keilmuan. Oleh sebab itu, kaderisasi menjadi sangat penting.

Ingat dawuh:

وما يلي المضاف يأتي خلفا – عنه في الاعراب اذا ما حذفا

Santri harus siap mengganti tugas kiai ketika kiai sudah dipanggil ke hadirat Allah Ta’ala.

Semoga kita mendapat berkah ilmu dan laku para kiai, amiin.

والله يوفقنا لما فيه خير الاسلام والمسلمين امين

Terkait

Uswah Lainnya

SantriNews Network