Sensasi Plong Muslim Wollongong

KH M Cholil Nafis bersama guru dan siswa sekolah Islam di Brisbane, Australia. (santrinews.com/ist)

Satu bulan berada di Australia dan New Zealand memberikan kesan mendalam bagi KH Cholil Nafis, Ph.D. Apalagi pria kelahiran Sampang, Madura, ini melakukan safari dakwah selama Ramadlan dan Idul Fitri di sembilan kota. Berikut dikisahkan tentang kehidupan muslim di Wollongong yang berkembang pesat.

“Bismillahi majreiha wa mursaha inna rabby laghafururrahim. Going to Perth”. Itulah kalimat yang tertulis pada akun Facebook www.facebook.com/#!/cholil.nafis pada tanggal 4 Agustus 2011 atau 4 Ramadlan 1432. Hari itu, dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini mengawali perjalanan safari dakwah ke negeri kanguru dan negeri kiwi selama satu bulan.

Ditemani oleh istrinya, Fairuz, pria yang akrab disapa Ustadz Cholil ini sampai di Bandara Internasional Perth, Australia setelah menempuh penerbangan sekitar lima jam dari Jakarta. Disambut oleh para mahasiswa Indonesia di sana, Ustadz Cholil memulai perjalan ke sembilan kota untuk menyampaikan ceramah dan menjadi pembicara dalam beberapa diskusi tentang Islam.

Delapan kota terletak di Australia adalah Perth, Adelaide, Melbourne, Albury, Brisbane, Sydney, Canberra dan Wollonggong. Dan satu kota terletak di Selandia Baru yaitu Wellington. Beberapa kegiatan diadakan di masjid, di kampus dan kantor kedutaan maupun konsulat Republik Indonesia.

Kunjungan Kedelapan
Kota Wollongong adalah kota ke delapan yang dikunjungi oleh Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU ini. Tepatnya pada sepuluh hari terakhir menjelang lebaran. Kota ini terletak sekitar 80 kilometer sebelah selatan kota Sydney. Wollongong mempunyai luas sebesar 684 km persegi dan populasi yang berjumlah 274.072 jiwa (2004).

Menggunakan kereta dari Sydney, Wollongong dapat dicapai dalam waktu 90 sampai 120 menit. Menggunakan kendaraan pribadi (mobil), dari Sydney ke Wollongong kira-kira memakan waktu 70 sampai 90 menit.
Kota yang biasa disebut The Gong ini merupakan kota terbesar ketiga di negara bagian New South Wales, Australia. Kota Wollongong mempunyai geografi yang khas. Kota ini terletak di daerah pesisir yang sempit yang dibatasi oleh Lautan Pasifik di sebelah timur dan pegunungan batu yang disebut Illawarra Escarpment di sebelah barat.

Wollongong mashur sebagai destinasi turis dunia karena salah satu pantainya memiliki blawhole, yaitu bebatuan di pinggir pantai yang terkikis oleh ombak sehingga tampak batu karang tebal berbentuk melengkung bagaikan gua. Sesekali dentuman ombak bergelembung menabrak bebetuan gua dan memuncrat ke atas. Gulungan air itu tampak berwarna-warni bagai pelangi. Tempat wisata ini bisa dinikmati oleh siapapun secara gratis yang difasilitasi oleh pemerintah.

Pesatnya Muslim Wollongong
Karena sudah berada di masa menjelang lebaran, masyarakat muslim yang menjalankan ibadah puasa mulai ramai membicarakan hari Raya Idul Fitri. Masjid-masjid menjadi pusat informasi penentuan Idul Fitri. Sebab di Australia, pemerintah tidak terlibat dalam urusan keagamaan, sehingga rumah ibadah seperti masjid menjadi sentral informasinya. Selain itu, ayah empat anak ini sempat menggali informasi tentang perkembangan umat Islam yang begitu pesat di Wollongong.

Keberadaan University of Wollongong (UoW) telah mengundang banyak mahasiswa baik dari dalam maupun luar Australia (termasuk dari Indonesia) untuk menimba Ilmu. Keterbukaan UoW dalam menerima mahasiswa internasional telah menarik minat negara-negara yang berpenduduk muslim untuk mengirimkan mahasiswanya ke Wollongong guna melanjutkan studi di kampus ini.

Semakin bertambahnya jumlah mahasiswa muslim yang belajar di kampus ini menyebabkan universitas harus menyediakan fasilitas beribadah bagi umat Islam. Oleh karena itu, dibangunlah sebuah bangunan (mirip ruang kuliah) di dalam kampus yang digunakan menjadi sebuah masjid bernama Abubakar Mosque.

Masjid ini tidak hanya digunakan untuk shalat, tetapi juga digunakan untuk melaksanakan pengajian, mempelajari Al-Quran dan berdiskusi membahas tentang Islam antar mahasiswa yang dikoordinasi oleh Muslim Association of Wollongong University (MAWU).

Khusus untuk muslim yang berasal dari Indonesia, ada kelompok pengajian yang terkenal dengan nama Jamaah Pengajian Illawara (JPI). Jamaah ini beranggotakan para mahasiswa dan alumni UoW, serta masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar Wollongong. Illawara sendiri adalah nama wilayah (seperti karesidenan) yang wilayahnya meliputi Wollongong dan sekitarnya. Jamaah ini didirikan dalam rangka untuk memperkuat iman dan mempererat tali sillaturrahmi antar sesama masyarakat muslim Indonesia di Illawara.

Banyak kegiatan yang telah diadakan oleh jamaah pengajian ini. Ada pengajian, family gathering, buka bersama, halal bihalal dan banyak lagi kegiatan lainnya. Bahkan pada saat bulan Ramadlan hampir setiap hari ada saja kegiatan yang dilakukan untuk mempertebal iman. Apabila Abubakar Mosque sedang kosong, maka kegiatan JPI dilakukan di dalam masjid tersebut. Tetapi apabila masjid sedang dipakai kegiatan oleh MAWU, maka ruang kuliah adalah tempat yang cocok untuk digunakan sebagai tempat dilangsungkannya acara.

Selain masjid Abubakar, ada lagi masjid yang berada di Wollongong yang digunakan masyarakat muslim Indonesia untuk berinteraksi dengan masyarakat muslim dari berbagai negara yang berada di Wollongong, yaitu Omar Mosque atau Masjid Omar. Masjid ini terletak di Folley Street, yaitu sekitar 5 kilometer sebelah barat pusat kota Wollongong.

Sebelum menjadi masjid, tempat ini dulunya adalah gereja. Ini terjadi karena ada fenomena yang paradoks. Di satu sisi umat Islam di Wollongong terus bertambah, sementara di sisi lain beberapa gereja ditinggalkan oleh umatnya. Kekosongan gereja itu membuat umat Islam Wollongong mempunyai inisiatif untuk berswadaya mengumpulkan uang dan membeli gereja tersebut untuk dijadikannya sebuah masjid. Dengan pertolongan Allah SWT, maka terkumpullah uang yang cukup untuk membeli gereja kosong kemudian dijadikan masjid.

Bebas dan Menghormati
Masyarakat muslim di Australia tidak jauh berbeda dengan masyarakat muslim di Indonesia yang merayakan Idul Fitri di hari yang berbeda antara suatu daerah dengan daerah lain, maupun antara komunitas muslim dari asal negara yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan masyarakat muslim di Australia tidak diatur oleh lembaga agama. Sebagian masyarakat muslim mengikuti ketetapan yang ada di Negara asalnya masing-masing, sebagian berdasarkan hisab dan sebagian lagi menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li (melihat bulan secara langsung).

Suasana lebaran di kota Wollongong, dan Australia pada umumnya, tidak dapat dibayangkan meriah seperti di tanah air. Tidak ada takbiran keliling, tidak ada petasan dan tidak ada pawai. Di Australia orang memang bebas mengekspresikan ritual agamanya tetapi kebebasan itu tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain. Tidak boleh membuat bising dan tidak boleh mengganggu ketertiban umum. Maka saat pelaksanan shalat Jum’ah pun tidak boleh khutbahnya memancarkan suara ke luar ruang masjid demi menjaga ketenangan orang lain. Bebas, terasa plong dan saling menghormati.

Idul Fitri di Asutralia dan New Zealand juga tidak mengganggu aktivitas kerja. Tidak ada libur kerja dan tidak ada libur sekolah. Tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa lainnya. Masyarakat muslim yang bekerja atau belajar di Australia, khususnya warga negara Indonesia kadangkala mengambil cuti kerja atau bolos kerja dan bolos belajar. Namun ada sebagian yang lain yang tetap masuk kerja setelah melaksanakan shalat Idul Fitri.

Pelaksanaan silaturrahim dilakukakan setelah shalat Idul Fitri. Biasanya, para muslim di Wollongong mendirikan tenda di pinggir pantai secara gotong-royong. Kemudian setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri mereka serentak pergi ke pinggir pantai untuk melakukan silaturrahim, atau biasa kita sebut halal bihalal.

Ketika hari raya Idul Fitri telah tiba, alumnus Pesantren Sidogiri Pasuruan ini didapuk menjadi imam dan khatib di KBRI Wellington, Selandia Baru. Sambutan hangat Duta Besar RI, HE Antonius Agus Sriyono dan seluruh warga Indonesia di sana mengobati kesunyian dan kerinduan terhadap tanah air. Toh, beberapa hari kemudian Ustadz Cholil kembali ke bumi pertiwi dan berkumpul bersama kerabat dan sahabat. (fif/nabil)

Terkait

Ziarah Lainnya

SantriNews Network