Dubes Inggris: Islam Indonesia Cocok dengan Masyarakat Barat

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, H E Moazzam Malik, di hadapan para santri Futuhiyyah Demak (santrinews.com/syuhada)

Demak – Duta Kerajaan Inggris Raya, H E Moazzam Malik berkunjung ke pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak untuk memperkuat persaudaraan sesama muslim dan hubungan bilateral antara Kerajaan Inggris dan Republik Indonesia. Serangkaian kegiatan “silaturahmi dan dialog” berlangsung di masjid An-Nur Futuhiyyah, Senin, 22 Februari 2016.

Menjelang kehadiran rombongan di lingkungan pesantren, para santri pun beramai-ramai di seputar jalan untuk menyambut kerawuhan H.E. Moazzam Malik dengan mengibarkan bendera-bendera kecil Indonesia dan Inggris. Irama kasidah shalawat badar pun mengiringi penyambutan tersebut.

KH Muhammad Hanif Muslih, selaku pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada H E Moazzam Malik beserta rombongan yang telah memilih Futuhiyyah sebagai tempat berlabuh di daerah Semarang dan sekitarnya, meskipun hanya untuk beberapa jam saja.

Dalam sambutanya itu, beliau pun menjelaskan secara singkat tentang profil pesantren Futuhiyyah.

“Kami sama sekali tidak pernah membayangkan akan kehadiran bapak Dubes Inggris ini di Futuhiyyah, sekali lagi kami sangat berterima kasih yang sebesar-besarnya atas kunjunganya,” ujarnya.

Usai sepatah kata pengasuh, tak lama kemudian, H.E. Moazzam Malik pun menyampaikan sambutanya dalam beberapa menit. Dia menyampakaikan beberapa hal penting dalam bahasa Indonesia yang lumayan fasih; pertama, mengapa beliau sengaja memilih menjadi duta besar Inggris di Indonesia?

Menurutnya, secara geografis, Indonesia adalah salah satu dari empat negara terbesar di dunia. Secara ekonomi, Indonesia memiliki potensi alam yang berlimpah ruah, sehingga prospek kemajuan ekonominya pun sangat tinggi. Secara politik, Indonesia termasuk negara yang paling demokratis.

Dan yang terakhir, secara keagamaan, Indonesia adalah negara yang berpenduduk umat Islam terbesar di dunia, namun yang menarik dari Indonesia adalah sikap keberagamaan yang inklusif, wajah Islam yang penuh cinta dan damai.

“Saya kira, Islam Indonesia inilah yang sangat cocok dengan Islam masyarakat barat, khususnya Inggris,” ujarnya.

Kedua, mengapa beliau memilih berkunjung ke sebuah lembaga pendidikan, pesantren misalnya. Karena menurut beliau, melihat Indonesia sebagai sebuah negara yang cukup potensial sekaligus dapat mempengaruhi peradaban dunia. Maka sudah seharusnya bagi bagi beliau untuk mendorong generasi muda indonesia agar terus belajar dan belajar demi menyongsong masa depan cerah Indonesia.

“Pada tangan merekalah harapan-harapan masa depan Indonesia dapat terwujud. Jika bukan mereka, kepada siapa lagi kita patut berharap?” ungkapnya.

Sesi dialog pun dibuka untuk beberapa penanya saja mengingat waktu melaksanakan jamaah maghrib segara tiba. diantara penanya, misalnya, Prof KH Abdul Hadi Muthohar, yang mempertanyakan tentang isu-isu keterkaitan antara Inggris dengan Israel dalam kancah geo-politik internasional sekaligus perkembangan islamophobia di barat.

KH Ali Makhsun, juga mengusulkan kepada pihak Dubes inggris agar sekiranya dapat membantu proses pembelajaran bahasa inggris di pesantren seluruh indonesia, dikarenakan bagaimanapun bahasa inggris sudah menjadi bahasa komunikasi internasional sedangkan anak-anak santri masih sangat minim keahlianya dalam berbahasa inggris.

Kegiatan “silaturahmi dan dialog” tersebut diakhiri dengan memberikan sebuah kenang-kenangan, baik dari pihak pesantren dan juga Dubes Inggris. sekaligus shalat berjama’ah bersama. (syuhada/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network