Full Day School Tak Cocok untuk Sekolah Berbasis Pesantren

Banyuwangi – Anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy tentang penerapan full day school untuk SD dan SMP, mendapat respons dari Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Banyuwangi. Pola ini dinilai tidak cocok untuk sekolah berbasis pesantren, bahkan untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia.

Alasannya, dengan sekolah sepanjang hari, pasti akan memangkas hak anak untuk mendapat sekolah diniyah. Padahal sekolah keagamaan tersebut sangat penting untuk membentuk pondasi akhlak anak, di negeri yang mayoritas muslim.

“Yang jelas kami menolak pola pendidikan full day school,” tegas Ketua RMI NU Banyuwangi, KH Ahmad Munib Syafaat, Selasa, 9 Agustus 2016.

Pendidikan full day school, sambungnya, juga tidak bisa diterapkan pada sekolah berbasis pesantren. Karena akan bertabrakan dengan tradisi pesantrem.

Seperti diketahui, untuk sekolah berbasis pesantren, maksimal siswa bersekolah hingga tengah hari. Selanjutnya, siswa diberi waktu istrirahat dan bercengkerama sesama santri. Dan memasuki waktu Ashar, mereka akan diberi asupan pendidikan keislaman.

“Yang perlu digarisbawahi, di pesantren sekalipun, satu orang siswa, tawaduknya berbeda saat dia berada di sekolah dengan saat sekolah diniyah. Artinya pendidikan diniyah sangat penting jika menginginkan seorang anak memiliki akhlak mulia,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, ini.

Full Day School, akan sulit diterapkan di daerah pedesaan. Lantaran, selain sekolah, rata-rata anak memiliki kesibukan beternak kambing atau sapi. Dengan seharian berkutat di lingkungan sekolah, juga ditakutkan berimbas renggangnya hubungan antara anak dan orang tua.

Seperti diberitakan, pendidikan Full Day School sengaja digagas Menteri Muhadjir Efendy, dengan harapan anak tidak akan liar karena selalu berada di lingkungan sekolah sepanjang orang tua masih bekerja. Sedang untuk kegiatan mengaji, sekolah bisa memanggilkan guru ngaji. (rus/timei)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network