HARI AIDS

118 Pelajar Terjangkit HIV/AIDS, Kado Pahit Bagi Kota Santri

Tasikmalaya – Publik Kota Tasikmalaya mendapatkan “kado” tidak mengenakan di Hari AIDS Sedunia 1 Desember kemarin. Sebanyak 118 pelajar di Kota Santri ini positif HIV/AIDS.

Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Tasikmalaya, Ramdan Sanny Kusmayadi mengaku syok dengan kenyataan tersebut. “Lebih dari kaget. Melihat realitas ini saya shock,” ujarnya, Senin malam, 1 Desember 2014.

Sebagai generasi muda, dia mengajak semua pihak, termasuk pemerintah dan publik Kota Tasikmalaya mengatasi penyebaran HIV/AIDS.

“Sinergitas pemerintah dan masyarakat (publik) dalam mengatasi hal ini merupakan harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi,” ujar tokoh muda ini.

Mengatasi penyebaran virus HIV/AIDS, kata dia, pemerintah Kota Tasikmalaya, tidak hanya memberdayakan Dinas Pendidikan, tapi juga Dinas Kesehatan. Mereka harus memasifkan sosialisasi antisipasi penularan HIV/AIDS.

Menurutnya, sosialisasi bahaya HIV/AIDS menjadi sangat penting karena 118 pelajar yang terjangkit HIV/AIDS adalah korban pergaulan bebas imbas dari masuknya budaya barat ke Kota Santri ini.

Dalam wawancara terpisah tokoh muda Tasikmalaya lainnya, Fahmi Muzaki seperti dilansir jppn mengaku prihatin dengan banyaknya pelajar yang terkena HIV/AIDS.

Hal ini menjadi tamparan bagi seluruh masayarakat Kota Santri. “Ini menjadi sebuah evaluasi bagi guru-guru, pemerintah dan semua elemen masyarakat untuk menyelesaikan hal ini,” ujarnya.

Dia menilai penyebaran virus HIV/AIDS di kalangan remaja akibat dekadensi moral yang cukup parah. “Dikenal sebagai Kota Santri, harusnya norma agama dan sosial itu diterapkan,” kritiknya.

Penyebaran virus HIV/AIDS bisa dicegah, kata dia, seandainya pemerintah dan seluruh elemen masyarakat gencar melakukan penyeluruhan secara kontinyu.

“Secara berkelanjutan, ditekankan kepada keluarga, guru, wali murid, sahabat, karena bagaimana pun pengaruh dari lingkungan bisa berpotensi untuk dituruti oleh para pesrta didik,” analisanya.

Para guru, khsusnya guru konsling (BK) harus lebih memperhatikan sikap dan karakter murid. Mereka diharapkan tidak lelah menasehati dan membimbing murid-murid untuk tidak melakukan hal-hal yang beresiko tertular virus HIV/AIDS. “Guru BK ini harus jadi yang terdepan dalam membimbing mereka,” pintanya.

Ia berharap pemerintah harus bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengontrolan pertumbuhan karakter pelajar. “Agar ini tidak terulang untuk perbaikan kinerja dan citra Kota Santri. Jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang kurang baik,” ujarnya. (jaz/saif)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network