Tragedi Tambang Lumajang

Aktivis Lintas Ormas di Surabaya Doa Bersama untuk Salim Kancil

Aktivis lintas ormas saat berdoa bersama di depan Taman Apsari Surabaya (santrinews.com/ubaid)

Surabaya – Solidaritas untuk aktivis anti tambang Salim Kancil dan Tosan terus mengalir. Kali ini datang dari Surabaya. Sebanyak 100 aktivis lintas ormas yang ada di Surabaya mengadakan Istighosah dan doa bersama pada Jumat, 2 Oktober 2015, di Taman Aspari, tepat di depan gedung Grahadi Surabaya.

Mereka berasal dari PCNU, PC IPNU, WALHI Jawa Timur, Pusat Hak Asasi Manusia, Gusdurian, Ecoton, CSIR Foundation, CMARS, LPBP Waduk Depot, Kolektif Mata Rantai dan LBH Kota Surabaya.

Direktur CMARS, Zainul Hamdi dalam orasinya menuntut pihak kepolisian mengusut tuntas kasus terbunuhnya Salim Kancil sebagai pelajaran bagi semua pihak, terutama pemerintah yang seharusnya tidak sembarangan memberikan izin tambang yang sudah jelas-jelas ditolak masyarakat setempat.

“Kami mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas kasus pembunuhan dan penganiayaan terhadap Salim Kancil dan Tosan yang menjadi korban kekerasan para penguasa desa setempat. Tangkap dan adili aktor intelektual dibalik terbunuhnya Salim Kancil,” ucapnya.

Sementara itu, KH Saiful Halim yang memimpin acara menyampaikan bahwa acara ini digelar guna mendoakan almarhum Salim Kancil agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah dan kebenaran yang diperjuangkan tidak sia-sia.

Menurutnya, penambangan pasir besi di sepanjang pesisir selatan dari Banyuwangi hingga Lumajang menuai protes dari masyarakat, sehingga pemerintah setempat harus tegas menolak penambangan yang menjadi pemicu konflik horisontal antarmasyarakat.

Agus Setiawan, ketua PC IPNU Surabaya berharap, Salim Kancil menjadi korban terakhir dari tragedi berdarah karena pembelaan terhadap kelestarian lingkungan. Pemerintah wajib melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

“Tragedi berdarah di Desa Selok Awar-awar Lumajang bisa saja terjadi di wilayah-wilayah lain, apabila tidak ada langkah preventif sejak dini, karena masyarakat sudah tegas menolak penambangan pasir disana,” tegasnya.

Sebelumnya, aksi serupa juga telah banyak diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia, termasuk melalui penandatangan petisi di situs elektronik change.org. Petisi yang menuntut pengusutan tuntas kasus Salim Kencil tersebut ditujukan kepada Kapolri, Pemkab Lumajang, LPSK, Komnas HAM, dan KPAI. (ubaid/jaz)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network