Virus Corona

Demi Kemaslahatan Santri, Lima Pesantren di Jatim Gandeng LPPM Unair Tangani Corona

Surabaya – Lima pondok pesantren besar di Jawa Timur bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Surabaya dan Geliat Airlangga dalam penanganan virus Corona atau Covid-19 di lingkungan pesantren masing-masing.

“(Kerjasama) ini sebagai langkah positif karena posisi pondok pesantren yang sangat strategis,” kata Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Alissa Wahid saat menjadi pembicara dalam webinar series bertajuk Gerak Bersama Pesantren dalam Menghadapi COVID-19 bagi Pimpinan, Pengasuh, Pengurus, Satuan Tugas Covid-19 Pondok Pesantren, Poskestren, dan Santri, Sabtu. 10 Oktober 2020.

Lima pondok pesantren itu adalah Pesantren Darul Ulum Paterongan Jombang, Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Mambaul Maarif Denanyar Jombang, Tebuireng Jombang, dan Lirboyo Kediri.

Upaya penguatan pondok pesantren ini dilakukan dengan dampingan LPPM Unair, Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat membangun Generasi Cemerlang Berbasis keluarga (Geliat) Airlangga, didukung oleh UNICEF.

Menurut dia, pondok pesantren sejak dahulu selalu menjadi garda terdepan dalam hal apapun, tidak hanya masalah penanganan COVID-19 ini saja. Bahkan di Indonesia ada 23 ribu pondok pesantren yang dalam naungan Nahdlatul Ulama (NU).

“Maka pesantren juga punya kewajiban untuk memikirkan kemaslahatan kehidupan santri dan keluarga santri,” katanya.

Sehingga, lanjut dia, bekerja sama dengan pesantren sama artinya dengan bekerja sama dengan jutaan keluarga santrinya yang menimba ilmu di pesantren tersebut,” ujarnya.

Alissa Wahid mengatakan dengan pondok pesantren mendapatkan pendampingan dari kalangan akademisi seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya ini, diharapkan para pengurus pondok pesantren sudah mulai bisa memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok selama ini.

Ia berharap, jika memang ada gap antara kebiasaan kehidupan di pondok pesantren selama ini dengan pola kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan, maka masalah tersebut harus dimitigasi demi mengurangi resiko yang dapat terjadi.

“Jika kebiasaan hidup di pondok selama ini memang merupakan perilaku yang berisiko, maka saya sangat berharap para kiai untuk mengingatkan para santri bahwa sementara ini masih dalam kondisi COVID-19 agar selalu menjaga jarak,” katanya.

Person in charge program Geliat Unair, Dr Nyoman Anita Damayanti menyebutkan, jumlah pasien yang terpapar Covid-19 di Jawa Timur jauh lebih sedikit dibandingkan masyarakat yang kondisinya sehat.

“Yang sehat ini lebih banyak dibandingkan mereka yang sakit. Untuk itu mari kita jadikan yang sehat agar tetap sehat, sementara yang sakit jangan boleh menjadi semakin sakit,” ujarnya.

Sementara itu, Epidemiolog FKM Unair Surabaya, Dr M Atoillah Isfandiari menjelaskan, terdapat kesenjangan pengetahuan antara mereka yang paham tentang Covid-19 dengan masyarakat awam. Ini yang menjadi penyebab kesimpangsiuran dan kebingungan masyarakat terhdap informasi yang benar tentang Covid-19.

“Antara dokter dan pasien itu terdapat kesenjangan pengetahuan. Banyak hal yang masih belum diketahui tentang Covid-19, sehingga pengetahuan perlu disampaikan sebaik mungkin,” kata Atoillah.

Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, KH Abdul Mu’id Shohib menyambut baik pendampingan yang dilakukan Geliat Airlangga LPPM Unair Surabaya ini.

“Kami berharap banyak ilmu, pengetahuan hal-hal yang bisa menjadi bekal bagi santri untuk menghadapi pandemi ini,” ujarnya.

Menurut dia, tantangan pesantren saat ini adalah bagaimana menjaga santri agar tidak terpapar Covid-19. “Ini tidak ringan, karena tantangan menghadapi santri bandel jauh lebih ringan dibanding tantangan bagaimana menghadapi Covid-19,” ujarnya. (ant/red)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network