Jelang Wisuda, Ini Pesan Alumni kepada Calon Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

H Farmadi Hasyim (baju putih) bersama sejumlah alumni membekali calon wisuda. (santrinews.com)

Surabaya — Sebentar lagi ribuan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) akan diwisuda. Mereka harus mempersiapkan diri dan mental usai merampungkan studi demi kiprah terbaik di masyarakat.

Dan ratusan calon sarjana dari Fakultas Adab dan Humaniora serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSA ini mendapatkan pembekalan dan konsultasi job karir sebagai sarana mempersiapkan diri saat berkiprah di medan yang lebih kongkrit.

“Banyak orang sukses berangkat dari keprihatinan,” kata Ustadz H Farmadi Hasyim, SAg, MAg, Selasa, 1 Maret 2016. Oleh sebab itu, Ustadz Farmadi, sapaan akrabnya berharap agar para calon sarjana yang sebentar lagi diwisuda untuk siap hidup apa adanya, tanpa terbebani dengan gelar yang disandang. “Kebanyakan mereka yang telah lulus berharap menjadi orang besar dan berlagak gengsi menggeluti sejumlah kiprah,” kata Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.

Cukup banyak sarjana yang tidak siap mental ketika telah merampungkan studi. “Gelar sarjana bukan menjadi pelecut dalam berkhidmat, malah justru sebagai beban dalam hidup,” kata kandidat doktor di UINSA ini.

Di hadapan civitas akademika dan para alumni kedua fakultas tersebut yang didaulat sebagai narasumber, Ustadz Farmadi berharap agar ilmu yang telah diraih selama kuliah dapat diamalkan minimal untuk diri sendiri. “Itu minimal peran yang harus diambil. Apalagi kalian sarjana dari kampus agama,” katanya. Dan bila memang mampu serta dipercaya khalayak, maka ada baiknya ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama belajar dapat didermabhaktikan di lingkungan sekitar, lanjutnya.

Yang juga tidak kalah penting, para sarjana hendaknya memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan jangan mersa dirinya lebih unggul dari masyarakat dan komunitas yang ada. “Hal tersebut akan kontra produktif dengan niatan mulia seorang yang memiliki gelar akademik dan memiliki ilmu serta keterampilan,” katanya memberikan alasan.

“Kalian harus terus mengasah kemampuan dengan berinteraksi kepada berbagai kalangan,” pesannya. Sebagai ilustrasi, Kepala Seksi Haji dan Umrah Kementerian Agama Kota Surabaya ini kemudian mengibaratkan dengan pisau. “Meskipun harganya murah, kalau sering diasah maka pisau akan menjadi tajam dan berdaya guna,” ungkapnya.

Mental menjadi pegawai dan mencari pekerjaan juga harus dikesampingkan. “Justru kalian harus berupaya memanfaatkan jaringan dan keahlian, demikian pula disiplin keilmuan yang dimiliki untuk menciptakan peluang kerja,” katanya. Sudah bukan jamannya lagi para sarjana berburu pekerjaan, malah idealnya menyediakan kesempatan kepada banyak kalangan untuk dioptimalkan menjadi kekuatan bagi terwujudnya kesempatan kerja baru. “Itulah nilai lebih sarjana dari kampus agama,” tegasnya.

Sedangkan pesan terakhir dari penceramah yang kerap mengisi pengajian di sejumlah media baik televisi, radio dan majlis taklim ini agar para sarjana jangan mudah menyerah. Setiap ikhtiar pastinya akan diuji dengan kegagalan dan penolakan. “Akan tetapi, jadikan semuanya sebagai pelecut keberhasilan di kemudian hari,” pungkas dai yang bulan depan mengisi tabligh akbar di Brunei Darussalam ini. (Ibnu Nawawi)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network