SKK PMII se-Jatim
Kopri PMII Jatim: Perempuan Kerap Hanya Dijadikan Pelengkap
Athik Hidayatul Ummah (santrinews.com/hady)
Pamekasan – Ketua Korp Putri Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur, Athik Hidayatul Ummah mengakui, sebenarnya perempuan sudah diberikan peluang besar untuk terjun di dunia politik.
Undang-undang (UU) tentang Pemilu Legislatif dan UU tentang Partai Politik (Parpol) telah mengamanatkan Parpol untuk memberikan jaminan keterlibatan perempuan dalam politik.
Dalam UU itu disebutkan, penyertaan minimal 30 persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan parpol sebagai salah satu persyaratan parpol dapat menjadi peserta pemilu. Selain itu, Parpol juga harus memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam daftar bakal calon legislatif untuk masing-masing daerah pemilihan (dapil).
Namun, Athik – sapaan akrabnya, menyayangkan, peluang itu tidak diimbangi dengan proses kaderisasi yang matang di setiap parpol. Terbukti, parpol umumnya hanya asal comot, tanpa memperhatikan kualitas dan kapasitas.
“Faktanya perempuan kerapkali hanya dijadikan sebagai pelengkap saja untuk memenuhi persyaratan,” paparnya, di acara Sekolah Kader Kopri (SKK) PMII se Jatim, di Pamekasan, Jumat, 14 Juni 2013.
Menurut gadis kelahiran Lamongan, 13 Januari 1988 ini, parpol mestinya terlebih dahulu melakukan pendidikan politik khusus bagi kader perempuan.
Karena itu, peningkatan capacity building perempuan perlu dilakukan sejak dini terhadap kader di tingkat basis. “Nah Kopri ini merupakan ruang aktualisasi pengembangan dan pemberdayaan kader perempuan di PMII,” terangnya.
“Tapi tidak hanya berfokus pada persoalan perempuan di PMII, melainkan juga dalam konteks kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan,” sambungnya.
Harapannya, masih kata Athik, ruang itu mampu menjadikan perempuan berperan aktif dalam mengadvokasi dan mempengaruhi kebijakan pemerintah yang kurang memihak terhadap berbagai persoalan sosial yang dihadapi masyarakat.
“Karena itu, posisioning perempuan yang strategis perlu ditopang dengan pengubahan pola pikir masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan. Harus ada dukungan atau support dari semua pihak agar perempuan bisa ikut berkarya dalam membangun negeri ini,” pungkasnya. (hay/saif)