MUI Papua: Kerusuhan di Wamena Bukan Konflik Agama

Ketua MUI Provinsi Papua, KH Syaiful Islam Al Payage (santrinews.com/istimewa)

Jayapura – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua, KH Syaiful Islam Al Payage, mendorong dan mendukung penegakan hukum oleh aparat kepolisian dalam kasus kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi.

“Kepada pihak berwenang, kepolisian dalam hal ini Kapolda Papua untuk menegakkan hukum yang setinggi-tingginya. Kita sadari bahwa Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu saya sangat mengharapkan agar bersikap secara profesional,” kata Kiai Syaiful Islam, di Kota Jayapura, Papua, Jumat, 4 Oktober 2019.

Sebagai tokoh agama, Kiai Syaiful Islam mengharapkan proses hukum bisa terlaksana dengan adil dan baik, sehingga nantinya tidak ada yang dirugikan dalam peristiwa yang terjadi pada Senin pekan lalu.

“Baik di Kota Jayapura dan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, banyak toko yang dijarah dan terbakar, tapi saya meyakini aparat akan bekerja sesuai tupoksinya. Karena persoalan yang terjadi itu murni kerusuhan bukan masalah agama, ini yang harus dipahami bersama,” katanya.

Untuk itu, Kiai Syaiful Islam juga mengajak dan mengimbau kepada semua pihak dan kalangan, baik di Papua atau di luar Papua, baik Muslim atau pun Nasrani agar lebih mengedepankan akal sehat, pikiran yang jernih dan berpegang pada ajaran agama untuk saling menyayangi dan mengasihi.

“Saudara-saudaraku yang ingin berjihad, ada rencana ke Papua, saya mengharapkan untuk menahan diri. Jihad yang sebenarnya adalah doakan kami, anak-anak putra putri bangsa Indonesia yang ada di Papua ini mudah-mudahan kita bangkit dari kejadian ini, kita lebih tingkatkan persaudaraan dan persatuan bagi anak Papua, ini harapan dan doa,” tegasnya.

Belakangan muncul seruan jihad yang ditujukan kepada umat muslim di luar Papua pascakerusuhan di Wamena pada 23 September lalu.

Menurut Kiai Saiful Islam, kerusuhan di Wamena bukan konflik agama. “Banyak berita hoaks beredar di luar Papua bahwa ini (kerusuhan Wamena) atasnama agama, itu sangat tidak benar,” tegasnya.

Selama ini, kata dia, di Papua tidak pernah ada masalah agama. Selama ini, MUI bersama para pastor dan pendeta telah berkomitmen untuk saling menjaga persaudaraan antar agama.

Dia mengimbau kepada seluruh umat manusia, untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi jika itu ada kerugian kita serahkan kepada berwajib. Karena jika itu dilakukan maka akan menimbulkan persoalan baru.

“Kita sebagai umat beragama punya komitmen untuk menjunjung tinggi hukum negara kita,” katanya.

Indonesia, kata dia, adalah bangsa yang besar dan memiliki keberagaman suku bangsa dan bahasa, termasuk adat dan budaya, bahkan agama, sehingga ada semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya menjadi pegangan hidup dalam berbangsa dan bertanah air satu.

“Jangan sampai kejadian-kejadian ini memecah belah antaranak bangsa. Saya imbau sebagai Ketua MUI dari timur Indonesia ini, mari kita menjaga Indonesia ini, jaga toleransi, mari kita menjaga negara ini sehingga menuju bangsa yang besar akan datang,” katanya.

Dia juga mendorong agar mahasiswa yang eksodus bisa kembali ke tempat kuliah masing-masing, sehingga kelak bisa menjadi penerus bangsa, sebagai generasi emas Papua yang akan menjadi tulang punggung negeri dalam membangun.

“Saya juga mengharapkan kepada pemerintah dalam hal ini Gubernur Papua, MRP, DPRP agar melakukan langkah-langkah konkret menyelamatkan para mahasiswa ini, karena mereka ini adalah generasi emas yang mesti kita jaga untuk bangun tanah Papua ke depan,” katanya.

Dalam kasus kerusuhan di Kota Jayapura pada 29 Agustus 2019 dan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya pada 23 September 2019, Polda Papua telah menetapkan sejumlah tersangka atas kasus yang menjadi perhatian publik nasional itu. (shir/onk)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network