Relawan Harus Paham Tata Ibadah di Lokasi Bencana

Relawan SER-NU menyimak penjelasan narasumber Pelatihan Manajemen Thaharah di kantor PWNU Jatim (santrinews.com/saif)

Surabaya – Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU Jawa Timur Hasan Muhdor, SE, MM mengatakan, kendati fokus penanganan bencana adalah hal yang bersifat kemanusiaan, namun tidak boleh melupakan hubungannya dengan Tuhan.

“Suasana darurat bukanlah situasi yang memperbolehkan seseorang mengesampingkan kewajibannya sebagai manusia beragama,” kata Hasan Muhdor, saat ditemui pada usai pembukaan pelatihan manejemen thaharah bagi relawan di lokasi bencana, Sabtu petang, 17 Januari 2015.

Kegiatan yang dilaksanakan di kantor PWNU Jawa Timur Jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya ini diikuti 100 Relawan Social Emergency Response Nahdlatul Ulama (SER-NU) Jawa Timur. Tampil sebagai narasumber adalah dari BPBD dan PW Aswaja NU Center Jawa Timur.

Selain mendapatkan materi pemetaan potensi bencana dan karakteristik bencana, peserta juga dibekali pemahaman manajemen thaharah dan pelaksanaan ibadah di lokasi bencana yang meliputi thaharah dari hadats, piranti dan alternatifnya pada kondisi bencana. Juga tata cara thaharah bagi orang dengan kondisi luka fisik, pendampingan pelaksanaan ibadah bagi warga terdampak bencana.

Menurut Hasan, bencana alam merupakan kondisi dimana tingkat spiritualitas seseorang mengalami peningkatan. Agama, kata dia, telah memberikan prosedur standar kedaruratan sebagai alternatif bagi pemeluknya ketika berada pada situasi darurat.

“Ini agar kesinambungan hubungan hamba dengan Tuhannya tetap terjaga dengan baik dan bahkan menjadi lebih baik,” tegasnya.

Karena itu, menurut dia, para relawan bencana harus mengenali dan memahami secara lebih baik tata laksana ibadah dalam kondisi darurat bencana. “Begitu juga langkah alternatif penanganan jenazah korban bencana sesuai dengan fiqih janazah,” ujarnya. (saif/ahay)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network