Siaga Bencana, LPBI NU Gelar Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana

Jakarta – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) dengan dukungan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia menyelenggarakan Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana, selama 4 hari pada 20-24 Februari 2017 di BBPBAP Jepara Jawa Tengah.
Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam Program Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat Lokal dalam Kesiapsiagaan untuk respon bencana yang cepat dan efektif.
Pelatihan ini diselenggarakan untuk memperkenalkan dan mengaplikasikan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) yang merupakan sumber terbuka (open sources) sebagai salah satu tools dalam penanggulangan bencana alam.
Ketua LPBI NU PBNU, M. Ali Yusuf menjelaskan, salah satu tujuan pelatihan ini adalah untuk menerapkan aplikasi Java Open Street Map (JOSM) dalam melakukan pengkajian risiko bencana di suatu daerah termasuk di dalamnya memetakan risiko bencana dan mengembangkan skenario dalam melakukan penanggulangan bencana dengan menggunakan perangkat lunak InaSAFE.
“Hasil dari kajian risiko tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dasar dalam menyusun perencanaan dalam kegiatan dan program penanggulangan bencana suatu daerah atau kawasan,” ujarnya.
Pelatihan Penyusunan Kajian Risiko Bencana ini dipandu oleh Humanitarian Open Street Map Team (HOT) dan membahas beberapa materi. Pelatihan diikuti oleh 22 orang peserta yang merupakan perwakilan dari BPBD, OPD Terkait, LPBI NU, Pramuka, PMI, Perguruan Tinggi yang berasal dari Kabupaten Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Menurut Ali Yusuf, penyusunan rencana dan aksi penanggulangan bencana yang sistematis, terarah dan terpadu, diperlukan dasar yang kuat untuk pemaduan dan penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah atau kawasan.
“Di sinilah letak penting adanya kajian risiko bencana sebagai perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran dampak, korban dan kerugian dari ancaman bencana yang ada,” tegasnya.
Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran korban dan kerugian, lanjut dia, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif.
Pelatihan dibuka oleh Kepala BPBD Kabupaten Jepara Lulus. Dalam sambutannya, Lulus sangat mengapresiasi program LPBI NU ini. Sebab, Jepara terpilih menjadi pilot dari program LPBI NU.
“Kedua Jepara juga sangat rawan bencana, sehingga pelatihan kajian risiko bencana dapat menjawab kebutuhan yang selama ini kami harapkan di Jepara,” kata Lulus. (ubaid)