Konflik Suriah

Dilanda Kelaparan, Ulama Suriah Halalkan Makan Anjing

Gedung di Aleppo, Suriah, berantakan

Damaskus – Ulama di Suriah telah mengeluarkan fatwa yang menghalkan daging kucing, anjing dan keledai untuk dikonsumsi. Fatwa ini dikeluarkan menyusul kasus kelaparan dan gizi buruk yang melanda negara itu akibat konflik berkepanjangan. Ini lantaran tidak ada pilihan ketimbang kelaparan.

Fatwa itu telah disiarkan masjid-masjid di pinggiran Damaskus. Wilayah ini dikuasai oleh kelompok pemberontak, di mana pemerintah telah memblokir pasokan makanan dan bantuan lainnya. Fatwa ini bukan pertama kali dikeluarkan oleh ulama. Saat perang sengit antara pasukan Presiden Basyar al-Assad dengan pemberontak di Kota Homs dan Aleppo, fatwa serupa juga muncul.

Para ulama juga menyerukan kepada dunia agar mengulurkan bantuan di tengah kondisi yang terus memburuk. “Bagaimana dunia bisa tidur nyenyak dan kenyang sementara rakyat kami kelaparan bahkan yang ada di dekat Ibu Kota Damaskus mengalaminya,” kata salah seorang ulama, seperti disiarkan stasiun televisi Al Arabiya.

Seorang ulama di Damaskus Selatan, seperti dilansir KBR68H, mengatakan seorang pria di daerah baru-baru ini makan daging anjing karena putus asa kelaparan.

“Kami mengeluarkan perintah agama yang memungkinkan orang untuk makan anjing dan daging kucing. Bukan karena halal, tetapi karena itu adalah refleksi dari realitas penderitaan ini,” kata Sheikh Saleh al-Khatib.

Selama sembilan hari ini, Sheikh Saleh telah mogok makan. “Saya mogok karena saya ingin membantu menyelamatkan makanan bagi orang lain,” tegasnya.

Fatwa dikeluarkan bersamaan dengan perayaan Idul Kurban oleh umat Muslim di seluruh dunia. Bagi umat Islam, Idul Adha adalah waktu bagi anak-anak untuk menerima pakaian baru dan bermain dengan teman-teman setelah berbagi pesta makan dengan keluarga mereka.

Namun faktanya, di beberapa daerah di Damaskus, anak-anak telah meninggal akibat gizi buruk. Sementara itu, bantuan obat-obatan menipis, sehingga dokter tak memiliki sarana untuk mengobati pasien mereka.

“Tentu saja tidak ada lebaran Idul Adha untuk anak-anak di sini. Bagi mereka, Idul Adha akan datang ketika mereka melihat sepiring nasi dan bulgur,” kata aktivis Abu Malek di Moadamiyet al-Sham.

Sebuah video amatir yang disebarkan oleh para aktivis menggambarkan bagaimana anak-anak di Suriah yang menderita akibat kelaparan. Satu video menunjukkan anak laki-laki bernama Ibrahim Khalil diletakkan di atas tandu. Tulang rusuk dan tulang pipinya menonjol dengan kulit pucat serta lingkaran hitam yang mengelilingi matanya. Video lain menunjukkan seorang gadis dengan dua adiknya yang masih bayi meminta bantuan susu bayi.

Situasi ini sama buruknya untuk anak-anak di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak lainnya di dekat Damaskus.

“Pada hari tertentu di ruang gawat darurat, sekitar empat dari 10 pasien adalah anak-anak kurang gizi. Banyak anak memiliki tekanan darah sangat rendah, kelelahan, pusing,” kata Abu Mohammad, seorang dokter yang bekerja di klinik lapangan di Marj.

Dia mengatakan bagian tersulit adalah tidak memiliki peralatan medis yang tepat atau makanan untuk melawan kekurangan gizi.

“Saya mengalami depresi di klinik, karena tidak memiliki apa yang kami butuhkan untuk melawan ini,” katanya. (ahay)

Terkait

Dunia Lainnya

SantriNews Network