Kisah Pertemuan Khusus antara Yenny Wahid dan Syekh Al Isa

Yenny Wahid dan Syekh Mohammed bin Abdul Karim Al Isa di kantor Rabithah al Alam al Islamy, Makkah, Arab Saudi (santrinews.com/istimewa)

Makkah – Putri kedua KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid mengaku terkesan dengan sosok Sekjen Rabithah al Alam al Islamy, Syekh Mohammed bin Abdul Karim Al Isa. Sosok ulama ulama termasyhur Arab Saudi yang sangat moderat.

“Sebagai sosok yang mewakili umat Islam di seluruh dunia, beliau adalah sosok ulama yang tidak diragukan lagi keilmuannya,” kata Yenny dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 15 Desember 2020.

Yenny sudah lama ingin bertemu. Namun, ia bertemu Syekh Al Isa di kantor Rabithah al alam al Islamy di Makkah, Arab Saudi pada 8 Desember 2020. Saat itu, Yenny mendampingi Menko Polhukam Mahfud MD.

Menurut Yenny, dalam pertemuan itu Syekh Al-Isa menyatakan ingin bekerja sama dengan komunitas Islam moderat di Indonesia untuk mempromosikan dakwah Islam yang damai.

“Sebagai sosok yang mewakili umat Islam di seluruh dunia, beliau adalah sosok ulama yang tidak diragukan lagi keilmuannya,” ujarnya.

Rabithah al Alam al Islami merupakan lembaga Islam Internasional yang cukup berpengaruh di dunia. Organisasi ini biasa juga dikenal sebagai Liga Dunia Islam yakni lembaga Islam non pemerintah terbesar di dunia.

Salah satu misi terbesar organisasi ini adalah menyampaikan risalah Islam yang ramah dan ajarannya ke berbagai dunia, serta meluruskan pandangan sebagian kalangan mengenai Islam.

Persamaan misi inilah yang membuat pembicaraan antara Yenny Wahid dan Syekh Al Isa begitu renyah dan mengalir.

“Beliau juga kerap bertemu dengan para tokoh agama di dunia seperti Paus Fransiscus dan pemimpin agama Budha, Hindu dan lainnya. Yang hebat, sebagai seorang ulama yang mumpuni, beliau adalah sosok yang sangat moderat,” ujarnya.

Usai pertemuan saat mendampingi Mahfud MD, Yenny kembali ke hotel. Namun, tiba-tiba asisten Syekh Al Isa meminta Yenny berkenan datang kembali untuk pertemuan khusus dengan Syekh Al Isa.

“Tiba-tiba telp saya berdering. Ternyata yang menelpon adalah asisten Syekh Al Isa yang meminta agar saya berkenan datang kembali untuk pertemuan khusus dengan Syekh Al Isa. Jadilah, dalam sehari saya bertemu dua kali dengan beliau,” tuturnya.

Dalam pertemuan itu, keduanya saling berbagi pengalaman. Bahkan, Yenny juga dihadiahi sebuah teko kopi berwarna emas ala kerajaan Saudi, yang biasa dipakai untuk menyeduh Qahwah atau kopi Arab.

“Cindera mata ini, saya rasa sangat cocok bagi orang Indonesia seperti saya yang hobi minum kopi Arab,” kata Yenny berkelakar.

Yenny menambahkan, salah satu cerita yang menarik dalam diskusi dengan Syekh Al Isa adalah ceritanya tentang pemberian donasi besar untuk sebuah panti asuhan Kristen di Afrika yang dikelola oleh para biarawati.

Menurut Yenny, hal ini semakin membuktikan bahwa misi terbesar Islam yang diwakili oleh organisasi besar seperti Rabithah Al Alam Al Islamy ini adalah untuk memperkuat dan memperbanyak persaudaraan dengan berbagai umat.

“Tentu hal ini menjadi pelajaran berharga bagi saya dan kita di Indonesia untuk semakin serius merawat toleransi dan keberagaman di tanah air kita sendiri,” pungkasnya. (red)

Terkait

Dunia Lainnya

SantriNews Network