Konflik Suriah

Presiden Rusia Tuding Barat Biang Konflik

Presiden Rusia Vladimir Putin (paraguay.com/santrinews.com)

Kebijakan-kebijakan Barat telah menyebabkan ketidakamanan di berbagai belahan dunia. Saat ini tengah melanda Suriah.

Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin dan menteri luar negerinya mengecam Barat sebagai naif dan tidak koheren terkait kebijakan Timur Tengah. Keduanya menyorot dukungan Barat pada pemberontakan di Libya dan Suriah, yang disebut Putin meningkatkan ekstremisme di Mali dan Aljazair.

“Konflik Suriah telah berlangsung selama hampir dua tahun sekarang ini. Pergolakan di Libya, disertai dengan penyebaran senjata secara kasat mata, memberikan kontribusi terhadap memburuknya situasi di Mali,” kata Putin dalam pertemuan dengan duta besar baru di Kremlin. “Konsekuensi tragis dari peristiwa ini menyebabkan serangan teroris di Aljazair yang menelan korban warga sipil, termasuk orang asing.”

Banyak bukti ketidakkonsistenan Barat terkait kebijakan Timur Tengah. “Mereka yang kini diperangi Prancis dan Afrika di Mali adalah orang yang sama yang oleh Barat dipersenjatai untuk menggulingkan rezim Qadhafi,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, seperti diktuip Tempo.co.

Sebelumnya, Barat menuding Rusia tak konsisten karena tak mendukung perubahan di dunia Islam yang kerap disebut Arab Spring, namun tiba-tiba pasang badan membela rezim Bashar al-Assad di Suriah. Tetapi para ahli Rusia berpendapat bahwa pemimpin Rusia bersikap realistis tentangĀ  intervensi Barat di dunia Islam.

Mereka mengatakan Moskow punya pengalaman berurusan dengan ancaman militan Islam sejak tahun 1980-an di Afghanistan. Para pemimpin Rusia meyakini antusiasme Barat menggulingkan diktator di dunia Islam bukan untuk kepentingan demokrasi, tetapi untuk menyebarkan kekacauan dan meningkatnya militansi Islam di Asia Barat dan Afrika Utara.

“Rusia adalah di perbatasan, kami berada di wilayah jihad,” kata Yevgeny Satanovsky, presiden Institute of Middle Eastern Studies di Moskow.

Putin menegaskan, kebijakan-kebijakan Barat selama ini telah menyebabkan ketidakamanan di berbagai belahan dunia dan saat ini ketidakamanan itu tengah melanda Suriah. Putin dan Lavrov, menyebut Barat sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan di Suriah.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Jumat, 28 Oktober 2012, Lavrov menyebut kekuatan-kekuatan Barat harus bertanggung jawab atas kesepakatan Jenewa dan pada akhirnya Barat yang seharusnya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas berlanjutnya kerusuhan di Suriah.

Meski masalah transisi kekuasaan di Suriah disinggung dalam kesepakatan Jenewa, namun tidak ditentukan syarat penanganan pengunduran diri Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Lavrov menegaskan dukungan Moskow kepada upaya-upaya terkoordinasi internasional untuk membujuk kedua belah pihak yang berseteru di Suriah untuk menyepakati gencatan senjata.

Sementara itu, negara negara Barat untuk menyelesaikan krisis di Suriah justru menerapkan kebijakan sepihak dan hanya menekan pemerintah Damaskus tanpa memberikan tekanan terhadap oposisi pemerintah. Sikap sepihak itu telah memaksa Rusia untuk melawan pendekatan Barat atas konflik di Suriah. (ahay/saif).

Terkait

Dunia Lainnya

SantriNews Network