Pesantren, Penopang Perekonomian Syariah
Bandung – Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di kisaran 5,2 – 5,6 persen. Investasi dalam negeri diyakini akan menjadi penggerak ekonomi meski kondisi eksternal belum sepenuhnya pulih. Bank sentral juga memperkirakan inflasi berada pada kisaran 4,0 persen plus minus 1 persen tahun depan.
“Pada 2017-2019 kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,0- 6,5 persen karena kebijakan transformasi ekonomi,” ujar Rosmaya Hadi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Senin 7 Desember 2015
Menurut Rosmaya, Jawa Barat berpeluang menggenjot investasi domestik. Di sisi lain angka kemiskinan dan pengangguran mulai menurun.
“Investasi adalah peluang besar untuk mendongkrak perekonomian kita, jangan hanya mengekspor bahan mentah tapi juga memperbaiki kualitas,” ujarnya.
Selain itu, Bank Indonesia juga menilai perekonomian syariah di Jawa Barat akan menggerakkan pertumbuhan. Hal ini terbukti dengan banyaknya pesantren yang ikut serta dalam program kemandirian Pusat Usaha Pendampingan (PUSPA) yang dibuat oleh BI.
Sebanyak 4.322 pesantren di Jawa Barat menjadi sumber daya manusia yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakan usaha mikro, kecil dan menengah syariah yang dibantu oleh dana syariah.
“Mudah-mudahan pada 2016 kami juga ada pilot project pengembangan ekonomi syariah, dimana kami melihat banyaknya pesantren di Jawa Barat adalah potensi besar,” katanya. (shir/tempo)