Budayawan: Syiir di Pesantren Dinamis
Surabaya – Puluhan mahasiswa, dosen, dan praktisi seni yang mengagumi tradisi seni vokal Syi’ir, berkumpul di kantor PWNU Jatim, Jumat malam, 20 Nopember 2015. Mereka mencari tahu maksud, dan akar budaya dari seni yang berkembang di lingkungan pesantren ini.
“Syiir di lingkungan pesantren adalah tradisi yang dinamis. Harusnya berkembang mengikuti kebutuhan dan perkembangan masyarakat,” kata Binhad Nur Rohmad, pelaku seni dari lingkungan pesantren asal Jombang dalam diskusi yang bertajuk Syiir Karya Kyai dan Pesantren.
Syiir, menurut Rohmad bukan adat yang bersifat stagnan atau saklek, dan bukan larangan pula jika Syiir berkembang seperti lagu-lagu populer. “Sampai-sampai kini ada salawatan dan pujian itu dimiripkan dengan lagu populer dari kelompok musik Indonesia. Ini tak dilarang,” kata Rohmad.
Selain Romaf sebagai seniman pesantren, hadir pula dalam diskusi penyaji dari kalangan pesantren lainnya, yaitu Muhammad Faizi.
Sejumlah santri, juga hadir dan membawakan Syiir yang biasa dijadikan tradisi pesantren saat mengaji.
Dari sejumlah Syiir yang ada, Faizi berpendapat bahwa Syiir juga merupakan media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
Ia pun menegaskan lagi bahwa Syiir juga tak hanya berkembang di Pulau Jawa, tapi juga di Madura. Ini berkat kehadiran pesantren.
“Ada tradisi di Pondok pesantren melafalkan kitab pegangan denga cara hapalan. Inilah yang dimanakan nadhom. Karena akan sangat membantu santri menghapal dengan lagu,” kata Faizi.
Saat ini, kata Faizi, Syiir perlu dikembangkan agar pesan keislaman dapat tersampaikan dalam keindahan, serta kesejukkan. (jaz/surya)