Hadiri Harlah Pesantren Wali Songo, La Nyalla Paparkan Tiga Fase Nasionalisme Kaum Santri

Lampung Tengah – Kadar cinta kaum santri terhadap bangsa dan Tanah Air Indonesia tidak diragukan lagi. Nasionalisme santri telah teruji melalui tiga fase.
Demikian disampaikan Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti saat menghadiri peringatan Harlah Pondok Pesantren Wali Songo, Sukajadi, Kecamatan Bumiratu Nuban, Lampung Tengah, Jumat pagi, 12 Maret 2021.
Turut mendampingi La Nyalla, empat Senator asal Lampung, Ahmad Bastian, Bustami Zainudin, Abdul Hakim dan dr Jihan Nurlela. Juga hadir Wakil Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya serta Ketua Persatuan Pondok Pesantren Lampung Tengah Agus Mabrur dan Pimpinan Ponpes Wali Songo KH Syaikul Ulum Syuhada.
Dikatakan La Nyalla, santri sudah pasti sangat cinta kepada bangsa dan negaranya. Karena mencintai bangsa dan negara adalah bagian dari ajaran Islam tentang nasionalisme. Yang kemudian dirumuskan oleh para Ulama menjadi sebuah doktrin, yaitu Hubbul Wathan Minal Iman.
“Konsep Hubbul Wathan Minal Iman, menjadi induk dari nasionalisme yang diterapkan dalam pendidikan Islam di Indonesia. Bahkan, nasionalisme yang dikonsep ulama-ulama NU itu menjadi acuan ideal untuk membangkitkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sampai saat ini,” tandasnya.
Konsep Hubbul Wathan Minal Iman yang digagas tahun 1934 oleh KH Abdul Wahab Chasbullah, adalah yang paling ideal dan justru menjadi induk nasionalisme. Karena, Hubbul Wathan Minal Iman itu lengkap, memuat unsur Islam, kebudayaan dan kebangsaan.
Dan semangat nasionalisme para santri di pondok-pondok pesantren telah melalui tiga fase atau tiga era. Yakni fase perjuangan merebut kemerdekaan, fase mempertahankan kemerdekaan dan fase sekarang, lanjut Senator asal Jawa Timur itu.
Fakta sejarah mengungkapkan, peran pondok pesantren dalam kelahiran bangsa dan negara ini sangat besar. Terutama diperankan oleh para kiai dan para santri di sejumlah pondok pesantren yang telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia.
Jadi, sambung LaNyalla, sangat tidak perlu diragukan lagi, bagaimana kadar cinta dari para santri kepada bangsa dan negara ini. Apalagi wilayah atau cakupan dari peran dan cinta bangsa tersebut bukan hanya pada perjuangan kemerdekaan saja. Tetapi hingga proses kelahiran Indonesia, dan bahkan hingga proses pembentukan Ideologi Pancasila serta pengamalannya.
“Dan sampai hari ini, cinta bangsa tersebut ditunjukkan dengan peran santri sebagai penjaga nilai-nilai moral atau akhlak warga bangsa,” tukas LaNyalla yang kerap dijuluki Mr. Tahajud Call itu.
La Nyalla memang dikenal cukup dekat dengan kalangan pondok pesantren. Terutama di Jawa Timur. Dia juga dikenal sebagai pelaku puasa sunnah Nabi Daud, yang sudah belasan tahun ia jalani. (*)