Kelompok Radikal: Dari Istilah Manipulator Agama hingga Perusuh Agama

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi (santrinews.com/antara)
Jakarta – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi merespons permintaan Presiden Joko Widodo mengganti istilah radikalisme dengan manipulator agama. Menurut dia, permintaan itu bertujuan agar ajaran agama dijalankan secara benar sebagai pemersatu, bukan pemecah belah.
Zainut menyebut kelompok penganut paham radikal sebagai perusuh agama. Menurutnya, apapun istilah yang akan digunakan kelompok pro kekerasan berbasis ajaran agama tetap harus ditolak. Sebab berpotensi memecah belah kerukunan antarumat beragama.
“Apapun istilahnya, apakah itu manipulator agama atau perusuh agama, perusuh yang menciptakan situasi yang bisa mencerai beraikan bangsa Indonesia, itu harus kita tolak bersama,” kata Zainut saat menghadiri HUT ke-55 Tahun Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Ahad 3 Nopember 2019.
Wakil Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyebut Jokowi mengubah istilah radikalisme karena ingin ajaran agama dijalankan secara benar. Agama, kata dia, hadir untuk mempersatukan, bukan memecah belah.
Zainut menilai kerukunan di antara umat beragama merupakan modal yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.
“Agar kerukunan antarumat agama tetap terjaga, perlu kedewasaan berpikir para pemeluk agama masing-masing,”tegasnya.
Menurut dia, setiap pemuka agama memegang peran penting dalam memerangi radikalisme dengan mendewasakan cara berpikir umat beragama.
“Dengan pemahaman moderasi beragama yang komprehensif, umat beragama akan dapat mencegah berkembangnya pemahaman radikalisme, ekstremisme, dan terorisme,” ujarnya.
Sebelumnya saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis, 31 Oktober 2019, Presiden Jokowi meminta jajarannya melakukan upaya serius untuk mencegah meluasnya gerakan yang kerap disebut radikalisme.
Menurut Jokowi, perlu pula membuat istilah baru guna mencegah penyebaran radikalisme dengan menerapkan label ‘manipulator agama’.
“Atau mungkin enggak tahu, apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama,” kata Jokowi. (us/onk)