Pilpres 2014

KH Hasyim: Kemenangan Jokowi-JK Anugerah Allah Spektakuler

Joko Widodo (kiri) didampingi KH A Hasyim Muzadi (tengah) didoakan ulama Masjidil Haram Makkah, saat menjalankan Umrah awal Juli 2014 lalu (dok/santrinews.com)

Jakarta – Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Hasyim Muzadi menilai kemenangan pasangan Jokowi Widodo-Jusuf Kalla sebagi anugerah yang luar biasa. Pasalnya, kemenangan itu didapat dari hasil kerja keras banyak elemen masyarakat.

“Joko Widodo-Jusuf Kalla benar-benar terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Andaikan ada gugatan di MK pun tidak akan banyak berarti. Ini adalah anugerah Allah yang spektakuler, tidak cukup didekati hanya dengan kemampuan rasio kita,” kata Kiai Hasyim Muzadi di Jakarta, Rabu, 23 Juli 2014.

Kiai Hasyim melihat kemenangan Jokowi adalah kemenangan sosok tokoh yang sederhana. “Gelagatnya, Allah memberikan kesempatan kejujuran dan kesederhanaan hidup ini untuk berkembang di Indonesia sebagai ganti kepalsuan dan keserakahan,” tandasnya.

Separuh masalah Indonesia, menurutnya, sebenarnya sangat bergantung pada faktor kejujuran pemimpin, serta ditinggalkannya keserakahan hedonis. “Baru yang separuh lagi menyangkut berbagai ‘aturan yang tidak aturan’ dan menyeleweng dari kompas pancasila,” paparnya.

Masalahnya, tambah Hasyim, mampukah Jokowi-JK mengembangkan kejujuran dan kesederhanaan hidup dalam alur regulasi birokrasi, ataukan malah tergusur oleh ketatnya kelompok kepentingan yang mulai hari ini pasti mengerubuti Jokowi.

“Yang ngerubuti tentu banyak yang jujur, dan lebih banyak lagi yang berminyak air sebagai lazimnya teori kepentingan,” terang pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.

Secara ideal, paparnya, jaminan keselamatan dan kehebatan Indonesia berada pada kombinasi kaum nasionalis tulen yang cinta tanah air dan islamis moderat. “Kombinasi ini sering terganggu, karena di kelompok nasionalis sering ‘ditongkrongi’ oleh liberalis dan atheis. Sedangkan di kelompok kaum muslimin sering ‘ditongkrongi’ oleh radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama,” katanya.

Ditegaskan Kiai Hasyim, kendati pekerjaan yang tidak gampang di alam demokrasi yang tak berbatas, kedua kelompok itu harus dieliminir. Soal implementasinya dalam tata kebangsaan harus menjadi kerja bersama.

“palagi kalau kita menuju trisakti Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya, sungguh memerlukan re-metodologi di suasana global yang mengganas di seluruh dunia,” katanya.

Menurut Kiai Hasyim, kekuasaan adalah amanat, bukan kesewenang-wenangan. “Kalau kita tepati akan menjadi berkah kebangsaan, namun kalau kita khianati akan memperpanjang malapetaka nasional, bahkan malapetaka untuk penguasa itu sendiri,” pungkasnya. (dhom/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network