Kongres XV Fatayat NU Digelar September di Surabaya

Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj meluncurkan Kongres Fatayat ke-15 yang rencananya akan diselenggarakan pada 19-22 September 2015 di Surabaya.

“Diharapkan Kongres Fatayat ini memberi kontribusi dalam peradaban. Lebih luas lagi dapat mempromosikan Islam sebagai rahmat alam semesta dimulai dari Indonesia, bukan dari Timur Tengah yang kini terlalu banyak konflik atas nama agama,” kata Kiai Said seusai acara peluncuran Kongres Fatayat ke-15 sekaligus peringatan Hari Lahir Fatayat ke-65 di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat, 24 Agustus 2015.

Kiai Said mengatakan Fatayat merupakan organisasi perempuan yang dinaungi oleh NU. Peran yang baik terus dinantikan oleh para perempuan di organisasi berpaham “ahlussunah wal jamaah” tersebut, terutama di masa kini.

“Fatayat sekarang dengan dulu, sangat berbeda tantangannya. Dulu, organisasi ini berupaya memberdayakan perempuan di awal masa kemerdekaan terutama banyak yang buta aksara. Kini, tantangannya semakin berat yaitu harus menghadapi liberalisasi informasi, investasi dan ideologi,” kata alumnus Pesantren Lirboyo ini.

Dari tiga tantangan itu, kata Kiai Said, liberalisasi ideologi merupakan tantangan terberat. Maka, dia meminta pergerakan Fatayat harus progresif dalam menyaring ideologi sehingga dapat percaya diri dalam mengghadapi tantangan zaman.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat, Ida Fauziah mengatakan pergerakan perempuan kini sudah semakin terlihat.

“Perlunya Fatayat untuk ikut politik di parlemen merupakan salah satu cara untuk menghadapi zaman agar kebijakan tidak merugikan perempuan,” kata Ida.

Perempuan, kata dia, juga harus terus berkontribusi dalam mencegah berkembangnya berbagai hal yang negatif di tengah masyarakat seperti prostitusi daring.

“Prostitusi online merupakan contoh masyarakat yang salah menggunakan kemajuan iptek. Tantangan dari dulu sampai sekarang akan tetap ada,” kata dia.

Secara umum, kata Ida seperti dilansir Antara, Fatayat harus berkontribusi dalam menegakkan peradabn yang luhur.

Peradaban yang luhur, kata dia, hanya dapat diwujudkan jika ada penegakkan nilai kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat, harmonitas, penghargaan kebhinekaan, serta terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang mensejahterakan. (us/jaz)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network